Jakarta (ANTARA) - Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan peningkatan produktivitas hasil susu per ekor sapi senantiasa didorong agar kesejahteraan peternak dapat meningkat.

“Saya kemarin ke Pangalengan, untuk yang di masyarakat itu masih sekitar 15-16 liter per ekor per hari. Di beberapa industri besar sudah bisa mencapai best practice-nya dunia hingga 30 liter per ekor per hari. Kalau rata-rata hasil per ekor per hari itu bisa kita tingkatkan, paling tidak pendapatan dan kesejahteraan peternak susu akan cukup bagus,” kata Putu saat konferensi pers pada Jumat.

Baca juga: Kemenperin apresiasi IPS jalin mitra dengan koperasi peternak

Namun, ia berpendapat bahwa kendala pakan ternak sapi masih perlu diselesaikan. Putu mengatakan pihaknya akan berdiskusi dengan para ahli untuk menekan harga pakan dan melakukan intervensi, terutama pada mesin pengolahan pakan dan bahan pakan.

“Ada kendala yang perlu kita selesaikan, itu ada di pakannya. Untuk menghasilkan susu umpamanya seharga Rp100, itu pakannya lebih dari Rp50, malah sampai dengan Rp65, sementara best practice-nya itu sekitar Rp22 hingga Rp25,” ujarnya.

Ia mengatakan pihaknya akan mendorong permasalahan tersebut untuk diselesaikan sehingga pertumbuhan suplai susu dari peternak dan koperasi bisa ditingkatkan. Pihaknya juga berencana untuk berdiskusi dengan Kementrian Pertanian untuk melakukan intervensi pada sisi pakan ternak.

“Memang dalam perhitungan (terlihat) gampang dilakukan, tapi dalam kenyataan mungkin banyak kendalanya. Kami di Kemenperin bisa membantu di sisi pengolahan pakannya, tapi bahan bakunya perlu dari sisi Kementan,” kata Putu.

Selain itu, Kemenperin juga berupaya untuk menurunkan angka impor sebesar 35 persen melalui program substitusi impor pada 2022, mengingat 78 persen kebutuhan bahan baku susu dari Industri Pengolahan Susu (IPS) masih diimpor, sementara hanya 22 persen pasokan susu yang dapat dipenuhi di dalam negeri.

“Nah, ini kami bekerja sangat keras untuk bagaimana ke depannya di dalam industri susu ini bahan bakunya bisa disuplai dari dalam negeri,” tutur Putu.

Sementara itu, ia menyebutkan industri agro secara keseluruhan memiliki peran besar di dalam PDB nasional, dengan angka lebih dari 51 persen. Industri makanan dan minuman juga menjadi penyumbang terbesar untuk industri agro, yaitu sekitar 38 persen.

“Kalau kita lihat di investasi untuk makanan dan minuman, ada Rp48,5 triliun untuk semester 3 saja dan diharapkan ada sekitar 1,1 juta orang yang bisa diserap dari investasi ini,” ujar Putu.

Menurut Putu, kegiatan usaha peternakan dapat dijadikan solusi dan alternatif dalam upaya pemulihan ekonomi mengingat masih terbukanya peluang-peluang tersebut.

“Pandemi COVID-19 menghantam semua kegiatan usaha, banyak yang tidak lagi bisa bekerja seperti biasanya. Dalam pemulihan ini, peternakan ini bisa menjadi solusi karena susu masih impor 80 persen, daging juga banyak impor, sehingga ini kesempatan yang sangat bagus untuk mendorong kegiatan usaha di peternakan,” katanya.


Baca juga: Kemitraan IPS diharapkan dapat tingkatkan kualitas produk susu

Baca juga: Penyaluran Program 1000 Sapi Kementan RI di lingkar Mandalika tuntas

Baca juga: FFI salurkan dua ton susu bubuk cegah stunting

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021