Daur Bikin Makmur akan menjadikan masyarakat lebih maju dan dapat dijadikan percontohan di tempat lain
Magelang (ANTARA) - Manajemen PT Telkom Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) Magelang, Jawa Tengah, mendorong Tim Daur Bikin Makmur mengembangkan usaha pemeliharaan lingkungan sekitar Candi Borobudur terkait dengan pengelolaan sampah menjadi bernilai ekonomis.

"Melalui digitalisasi (Tim, red.) Daur Bikin Makmur akan menjadikan masyarakat lebih maju dan dapat dijadikan percontohan di tempat lain," kata General Manajer Telkom Witel Magelang Mustadi dalam keterangan tertulis di Magelang, Rabu.

Sekelompok anak muda yang kebetulan karyawan Telkom Witel Magelang mengembangkan peran mereka memelihara lingkungan di sekitar Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, khususnya terkait dengan optimalisasi pengelolaan sampah di kawasan tersebut.

Baca juga: Kemendikbudristek-Telkom tingkatkan digitalisasi kampus lewat TeSCA

Berdasarkan data mereka, 12 ton sampah menumpuk setiap hari, dengan 30-40 persen berupa sampah plastik.

Pihak Telkom Magelang memberi keleluasaan tim itu berinovasi dan mengembangkan programnya yang memunculkan sistem teknologi informasi terkait dengan kegiatan itu.

"Sesuai dengan Purpose Telkom Group yang ingin mewujudkan bangsa yang lebih sejahtera dan berdaya saing serta memberikan nilai tambah yang terbaik bagi para pemangku kepentingan, kegiatan semacam ini sangat dibutuhkan masyarakat," katanya.

Seorang milenial Telkom Witel Magelang, Milzam Danar Amandis, mengemukakan pemahaman yang baik atas pengelolaan dan daur ulang sampah plastik memberi keuntungan alternatif bagi masyarakat.

Baca juga: Kota Bekasi bangun TPS komunal untuk gerakkan warga kelola sampah

Dalam waktu dekat, ia dan kawan-kawan dengan dukungan Telkom mengembangkan sistem teknologi informasi untuk memonitor program pengelolaan sampah hingga penjualan kepada masyarakat umum, serta mengembangkan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) menjadi destinasi wisata edukasi untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap lingkungan dan pengolahan sampah.

Dengan latar belakang Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, salah satu bagian kawasan kepariwisataan Candi Borobudur, dia mengaku bersama Muhamad Dimas Rahmanda, Syauqi Abdurrohman, dan empat rekannya sesama karyawan Telkom menggagas suatu gerakan sosial.

Baca juga: PLN punya 100 mitra binaan kelola sampah jadi energi alternatif

Mereka kolaborasi dengan TPSB Balkondes (Balai Ekonomi Desa) binaan Telkom di Borobudur mewujudkan gerakan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan, antara lain meluncurkan program #DaurBikinMakmur, yakni membuat sistem pengolahan sampah yang salah satunya alat untuk mendaur ulang plastik.

Alat itu terdiri atas "shredder", "injection", dan "extrusion" untuk mengubah bongkahan plastik menjadi potongan kecil yang sesuai dengan kebutuhan.

Pihaknya juga mendorong masyarakat sekitar mengumpulkan sampah plastik yang dibuang wisatawan.

Melalui program #DaurBikinMakmur itu, pihaknya juga memanfaatkan sampah organik yang dikumpulkan warga Desa Tuksongo untuk diolah menghasilkan "maggot" (belatung) sebagai pakan ikan dan proses pembuatan kompos.

Baca juga: Kendari akan menutup tempat penampungan sampah di pinggir jalan

Program pengembangan TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Desa Tuksongo ini bekerja sama dengan Telkom Indonesia.

Ia menjelaskan seluruh proses pengembangan ini saling berkaitan dengan harapan selain mengelola sampah sehingga ramah lingkungan juga menguntungkan secara finansial serta bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Berkat program #DaurBikinMakmur tersebut, katanya, masyarakat desa menjadi lebih pintar mengelola dan memanfaatkan sampah. Saat ini, warga malah sudah mulai memilah sampah secara mandiri.

Pada Januari 2021, inisiatif anak-anak muda Telkom berbuah Penghargaan Honorable Mention dalam BUMN Corporate Communications and Sustainability Summit (BCOMSS 2021) untuk kategori Creating Shared Value terhadap program.

Baca juga: PT TWC dukung sinergi pengelolaan sampah di kawasan Borobudur

Baca juga: KLHK targetkan 30 persen pengurangan sampah oleh produsen pada 2030

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021