kami mengakselerasi penerapan Green Port di Pelabuhan Petrokimia Gresik, agar kelancaran operasional bisnis semakin terjamin, dan sekarang Petrokimia Gresik memiliki pelabuhan bertaraf internasional
Gresik, Jatim (ANTARA) - Petrokimia Gresik menerapkan konsep Green Port atau "Pelabuhan Hijau" di Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS), sebagai upaya penghematan dan peningkatan produktivitas yang dihasilkan dari implementasi konsep tersebut.

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo dalam siaran persnya, Rabu di Gresik, Jawa Timur, menjelaskan konsep Green Port menjadikan proses kepelabuhanan Petrokimia Gresik lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan.

"Sehingga akan semakin mengoptimalkan Cost Reduction Program yang telah dijalankan perusahaan. Hal ini sejalan dengan kebijakan International Maritime Organization (IMO) atau organisasi kemaritiman di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang mengharuskan pelabuhan di dunia harus lebih efektif, efisien serta ramah lingkungan melalui penerapan Green Port," katanya.

Dwi mengatakan, aktivitas di Pelabuhan Petrokimia Gresik tidak hanya sebatas antarpulau, tapi juga antarnegara, sebab sebagian besar bahan baku masih diperoleh dari impor dan beberapa produk nonsubsidi Petrokimia Gresik juga dieskpor ke mancanegara, dimana beberapa negara mengharuskan penerapan Green Port pada pelabuhan asal maupun tujuan.

"Oleh karena itu kami mengakselerasi penerapan Green Port di Pelabuhan Petrokimia Gresik, agar kelancaran operasional bisnis semakin terjamin, dan sekarang Petrokimia Gresik memiliki pelabuhan bertaraf internasional," ujar Dwi.

Konsep Green Port, kata dia, salah satunya mengatur upaya peningkatan pengelolaan energi yang efisien di pelabuhan.

Beberapa implementasi yang telah dilakukan di antaranya pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk gedung dan perkantoran, penggunaan sepeda motor listrik, mengganti lampu penerangan konvensional dengan LED, penerapan green building.

Kemudian, penyediaan shore connection untuk supply energi kapal, serta pemanfaatan CCTV pada Digital Port Supervising (Aplikasi Petroport) untuk mengurangi penggunaan energi pada kendaraan serta meningkatkan layanan distribusi pupuk.

"Penghematan biaya operasional pada akhirnya akan berpengaruh pada harga produk, sehingga langkah ini juga menjadi upaya Petrokimia memberikan perlindungan bagi konsumen melalui produk berkualitas dengan harga yang lebih kompetitif," ujar Dwi Satriyo.

Selain efisiensi sumber energi, kata dia, konsep Green Port juga diimplementasikan melalui peningkatan kualitas kebersihan daratan dan perairan kolam daerah lingkungan kerja dengan cara menurunkan pencemaran limbah cair, sampah domestik dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sedangkan, kualitas udara dijaga dengan mengurangi kebisingan, emisi gas karbon dan emisi gas rumah kaca.

"Dengan demikian penerapan Green Port juga mampu melindungi lingkungan sekitar perusahaan agar tidak tercemar oleh proses kepelabuhanan, sehingga dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya alam," tutur Dwi.

Dwi menjelaskan penerapan pelabuhan ramah lingkungan juga menjadi salah satu upaya nyata Petrokimia Gresik dalam mencapai target perusahaan untuk memperoleh Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di tahun 2021 ini.

"Kami percaya Green Port berdampak baik bagi kinerja perusahaan secara global. Hal ini dikarenakan adanya aspek pengelolaan energi, pengelolaan limbah, pengelolaan lingkungan yang tentunya dapat meningkatkan kinerja dan citra perusahaan," kata Dwi.

Baca juga: Bahlil dukung proyek pabrik "soda ash" pertama di Indonesia
Baca juga: Petrokimia Gresik catatkan laba sebesar Rp1,42 triliun pada 2020
Baca juga: Kegiatan inovasi Petrokimia Gresik hasilkan nilai tambah Rp250 miliar

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021