Jika curah hujan di bawah 100 mm, kemudian terjadi banjir atau genangan, terdapat kesalahan manajemen.
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Marullah Matali menyebutkan penyebab banjir tidak surut selama 6 jam karena limpasan air sungai ke daratan dalam debit yang tinggi.

"Jadi, bukan belum surut 6 jam, ini karena aliran dari limpasan sungainya masih terus melimpas, dan setelah limpasan itu, saya pastikan 6 jam akan surut," ucap Marullah dalam keterangan suara di Jakarta, Rabu.

Menurut mantan Wali Kota Jakarta Selatan itu, jika sungai masih terus meluapkan air ke daratan, hampir mustahil pengeringan di daratan terjadi.

Di sisi lain, Marullah mengatakan banyak faktor yang mengakibatkan air sungai terus melimpas hingga pengeringan tertunda, salah satu di antaranya curah hujan di kawasan hulu masih sangat tinggi.

"Limpasan saja enggak selesai, buru-buru karena curah hujan di beberapa tempat tinggi," ucapnya.

Di sisi lain, Marullah juga mengklaim sumur resapan dapat mencegah banjir di Ibu Kota.

"Sebenarnya efektif, efektif di beberapa tempat sudah jalan, efektif sekali. Kami juga lihat ada beberapa yang masih dalam taraf pembangunan yang belum selesai, itu kami selesaikan,"
ujarnya.

Namun, menurut dia, upaya penanganan banjir dan curah hujan tinggi di DKI Jakarta bukan cuma andalkan pembuatan sumur resapan saja.

Pemprov DKI, lanjut Marullah, selama ini terus mengupayakan pembersihan saluran-saluran air, pengerukan sungai dan waduk guna mencegah pendangkalan, hingga membuat program Gerebek Lumpur.

"Ada juga pembersihan saluran air, pengerukan sungai dan seterusnya, nanti tanya teman di SDA dan di beberapa dinas yang lain," tuturnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menargetkan pengeringan banjir sudah selesai tidak lebih dari 6 jam. Target ini berlaku jika curah hujan di atas 100 mm, sedangkan di bawah itu tidak ada genangan.

Jika curah hujan di bawah 100 mm, kemudian terjadi banjir atau genangan, Anies meyakini terdapat kesalahan manajemen.

"Kalau di bawah 100 mm hujannya, seharusnya tidak terjadi banjir, tentunya ada sesuatu yang salah di dalam manajemen (jika terjadi banjir)," ucap Anies, di Balai Kota, Selasa (2/11).

Selain ukuran target curah hujan sebagai indikator banjir, Anies juga memasang batas maksimal tinggi muka air di sungai. Jika muka air sungai tak kunjung turun, target jam daratan surut tidak terlaksana.

"Kalau air sungainya tidak turun-turun, banjirnya akan terus terjadi. Ini pengendalian kami menggunakan target," kata Anies.

Anies menegaskan bahwa Pemprov DKI terus melakukan evaluasi setiap wilayah atau titik-titik di Jakarta yang mengalami banjir untuk menentukan target ataupun metode paling cocok diterapkan di masing-masing wilayah.

"Kalau tidak memiliki ukuran target, akan kerja tanpa ada ukuran capaian," ucapnya.

Target Anies berikutnya dalam penanggulangan banjir adalah tidak boleh ada korban jiwa.

Baca juga: Pemprov DKI sebut drainase vertikal kurangi genangan air

Baca juga: DPRD: DKI batalkan anggaran normalisasi sungai senilai Rp160 miliar

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021