secara tradisi dan keagamaan Hindu di Bali sudah menjalani proses penyucian dengan harapan tanaman tersebut subur dan menghasilkan buah yang berkualitas
Denpasar (ANTARA) - Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali mengajak umat Hindu setempat menggunakan buah lokal untuk keperluan upacara keagamaan menyambut Hari Suci Galungan pada 10 November 2021.

"Hari Suci Galungan dan Kuningan menjadi momentum untuk memanfaatkan buah hingga hasil pertanian lokal Bali sebagai sarana persembahan kepada Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa," kata Petajuh Bidang Agama, Seni, Budaya, Tradisi dan Kearifan Lokal MDA Bali Gusti Made Ngurah di Denpasar, Senin.

Penggunaan buah lokal untuk sesajen, ucap dia, juga sejalan dengan semangat Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri Lokal Bali.

"Penggunaan buah lokal di desa adat untuk keperluan upacara keagamaan memiliki nilai yang sangat positif bagi pertanian maupun perekonomian Bali," ujar dia.

Oleh karena itu, MDA Provinsi Bali yang dibantu oleh MDA kabupaten/kota serta prajuru (pengurus) desa adat, selalu mengajak dan menyosialisasikan kepada krama (warga desa) agar memanfaatkan buah lokal Bali, salah satunya untuk kegiatan upacara agama.

Baca juga: PHDI Bali dan MDA keluarkan edaran tiadakan pengarakan ogoh-ogoh

Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Hal tersebut dapat dimulai saat nunas tirta (memohon air suci) dan sebagai tempat canang, hingga banten di pura.

"Masyarakat mohon mulai sadar akan dampak negatif bagi penggunaan plastik, baik berdampak terhadap pencemaran lingkungan ataupun lainnya. Saya harap hari suci Galungan dan Kuningan kali ini, kita bisa mulai melihat perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik," katanya.

Ia mengingatkan juga pentingnya penerapan Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Ketua PHDI Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana menambahkan tanaman yang menghasilkan buah lokal Bali telah melalui serangkaian upacara pada saat hari Raya Tumpek Pengatag ( Tumpek Uduh).

"Buah lokal Bali sebelum dimanfaatkan, secara tradisi dan keagamaan Hindu di Bali sudah menjalani proses penyucian dengan harapan tanaman tersebut subur dan menghasilkan buah yang berkualitas," ujar pria yang juga Rektor Universitas Hindu Negeri (UHN) Bagus Sugriwa Denpasar itu.

Selan itu, sebaiknya umat Hindu dalam mempersembahkan upakara atau banten menggunakan buah lokal yang dimiliki, tidak saja untuk perputaran ekonomi, tetapi juga buah lokal tersebut telah dilakukan upacara dan disucikan sehingga tepat digunakan sebagai persembahan kepada Tuhan dan leluhur.

"Kami mengajak umat Hindu dalam melaksanakan upacara keagamaan jangan lagi menggunakan plastik sekali pakai, mengingat sudah ada payung hukum yang mengaturnya yaitu Pergub Nomor 97 Tahun 2018. Tujuannya untuk menghindari pencemaran lingkungan, mengingat sampah plastik sulit sekali terurai," katanya.

Demikian pula ketika "nunas tirta" di pura untuk dibawa pulang ke rumah, katanya, tidak menggunakan kantong plastik agar taksu tirta tersebut tidak hilang serta kemantapan beragama, srada, dan bakti umat tetap terjaga.

Baca juga: Jelang Hari Galungan, Pemkab Gianyar Gelar Pasar Tani
Baca juga: Kementan awasi pemotongan babi untuk Hari Raya Galungan dan Kuningan

 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021