Jakarta (ANTARA) - Lomba inovasi membersihkan sampah plastik digelar di Mandalika Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk membantu mengurangi polusi plastik dan meningkatkan potensi pariwisata di wilayah yang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata tersebut.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, kompetisi bertajuk Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) tersebut diinisiasi oleh Archipelagic and Island States (AIS) Forum dengan Program Pembangunan PBB (UNDP) Indonesia melalui Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut.

Pemerintah Provinsi NTB mengapresiasi dan berterima kasih atas diadakannya kompetisi inovasi membersihkan sampah plastik, karena bisa meningkatkan nilai tambah bagi pariwisata yang sedang digencarkan oleh pemerintah di Mandalika.

Baca juga: Denmark yakin Indonesia mampu tanggulangi sampah laut

“Potensi pariwisata di NTB itu sangat besar, terutama di Mandalika. Kita ingin pariwisata NTB naik kelas. Salah satu caranya adalah mengatasi sampah plastik ini. Oleh karenanya, kami berterima kasih dengan adanya kompetisi EPPIC. Kami berharap ide para inovator dapat segera kami jalankan,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi NTB Baiq Eva Nurcahya Ningsih.

Kompetisi tingkat ASEAN ini mengajak para inovator untuk berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik. Sepuluh finalis terpilih pada kompetisi ini dari berbagai negara seperti Indonesia, Singapura, dan Vietnam akan mengikuti sesi inkubasi yang diadakan dari Oktober hingga Desember 2021.

Salah satu agenda dalam tahap Inkubasi ini adalah kunjungan lapangan selama empat hari ke Mandalika, NTB, dimana finalis dapat mengamati secara langsung situasi pencemaran plastik di wilayah tersebut, dan menguji apakah inovasi mereka dapat menjawab permasalahan polusi plastik di Mandalika.

“Dari target pengurangan 70 persen sampah laut di tahun 2025, kita sudah berhasil mengurangi sebesar 15,3 persen pada tahun 2020," kata Project Coordinator Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut UNDP, Ahmad Bahri.

Sebagai bagian dari strategi RAN PSL, yaitu mendorong gerakan yang melibatkan publik dalam melahirkan inovasi penanganan sampah plastik di laut, termasuk kerja sama dengan berbagai pihak dalam pelaksanaannya, salah satunya dengan mengadakan kompetisi EPPIC.

Baca juga: Iqbaal Ramadhan ajak kaum muda kurangi sampah plastik

Penyelenggaraan EPPIC diharapkan dapat memberikan ide-ide inovatif yang teruji di lapangan, sehingga dapat direplikasi dan digunakan secara luas di Indonesia nantinya.

Kompetisi ini menargetkan untuk mengurai masalah sampah pencemaran plastik di wilayah pesisir. Selama kunjungan, finalis akan membuat pemetaan, sketsa bisnis, pengambilan keputusan, peluncuran prototipe, dan pengujian.

Kompetisi EPPIC dilakukan di Mandalika, karena potensi peningkatan volume sampah dari pembangunan infrastruktur dan aktivitas wisata yang terus bertumbuh sangat besar. Sejumlah lokasi seperti Pusat Pengolahan Sampah Batunyala, landfill Pengengat, dan Sirkuit Internasional Mandalika telah dikunjungi sebagai sarana studi pengolahan sampah pada fasilitas-fasilitas tersebut.

Kunjungan tersebut juga dilengkapi dengan diskusi bersama komunitas lokal, seperti Plastik Kembali, Bank Sampah NTB Mandiri, dan Geo Trash Management yang juga akan menambah pengetahuan finalis yang lebih mendalam untuk memahami konteks kedaerahan dalam menyusun perencanaan pengelolaan sampah plastik sesuai dengan kebutuhan daerah.

Baca juga: Menteri LHK tegaskan komitmen Indonesia atasi sampah plastik

Baca juga: CSO surati 8 CEO e-commerce minta tidak gunakan plastik sekali pakai


Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menyebutkan limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun. Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di tahun 2018, memperkirakan sekitar 0,26 hingga 0,59 juta ton plastik mengalir ke laut.

Pemerintah Indonesia melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) menargetkan penurunan 70 persen total sampah laut Indonesia pada tahun 2025.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021