Saat ini, melalui kajian kami, penetrasi jumlah menara di Indonesia termasuk tinggi dibandingkan beberapa negara, seperti Brasil dan/atau India. Ratio populasi per menara di Indonesia masih termasuk yang tinggi di kisaran 2.250 dibandingkan Brasil da
Jakarta (ANTARA) - Analis Verdana Nomura Raymond Kosasih menilai masuknya PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel ke bursa melalui penawaran umum perdana saham atau IPO dapat menjadi peluang bagi semua operator untuk memperluas jaringannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan trafik data di Indonesia berkisar 40-50 persen. Ditambah dengan keterbatasan jumlah spektrum atau frekuensi, kebutuhan akan menara telekomunikasi dinilai bakal tetap tinggi pada masa mendatang.

"Saat ini, melalui kajian kami, penetrasi jumlah menara di Indonesia termasuk tinggi dibandingkan beberapa negara, seperti Brasil dan/atau India. Ratio populasi per menara di Indonesia masih termasuk yang tinggi di kisaran 2.250 dibandingkan Brasil dan India yang berkisar 2.100," tulis Raymond dalam risetnya di Jakarta, Senin.

Dia melihat itu sebagai peluang bagi Mitratel, yang meskipun mayoritas sahamnya dikuasai oleh Telkom, tetap menjaring operator-operator lainnya di luar Grup Telkom sebagai tenant, baik dalam built-to-suit (membangun menara baru) dan/atau co-location (co-lo).

Operator-operator di luar Grup Telkom juga sangat terbuka untuk melakukan co-location di menara-menara milik Mitratel. Sebagai bukti, atas menara-menara yang dimiliki oleh Mitratel dari tahun 2010 memiliki rasio co-lo di kisaran 1,9 kali, lalu 1,7 kali untuk menara yang dimiliki sejak 2011, dan seterusnya.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi operator-operator selain Telkomsel untuk menjadi tenant di menara-menara milik Mitratel.

Pertama, Mitratel termasuk perusahaan menara yang sudah memiliki rekam jejak (track record) yang sangat bagus. Kedua, harga sewa yang ditawarkan sesuai harga pasar.

Mengenai kemungkinan kekhawatiran pasar atas independensi dalam penempatan perangkat dari operator pesaing di menara-menara Mitratel, Raymond melihat bahwa itu kurang tepat karena jika Mitratel tidak membuka menara-menara tersebut, cepat atau lambat perusahaan menara pesaing Mitratel akan mendirikan menara-menara di lokasi yang dibutuhkan.

Sementara itu, research analyst Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam keterangannya menyampaikan, industri tower masih memiliki ruang pertumbuhan yang cukup baik, apalagi sebentar lagi Indonesia akan memasuki era teknologi 5G. Demikian pula dengan Mitratel.

"Saya melihat pilihan terbaik bagi Mitratel untuk dapat tumbuh dengan baik ke depan adalah dengan menjaga independensinya, yang artinya harus melayani kebutuhan seluruh operator seluler dengan sama baiknya," ujar Hans.

Di sisi lain, Mitratel sebagai perusahaan tercatat yang sebagian sahamnya dimiliki oleh publik, dinilai akan selalu mengambil keputusan yang terbaik untuk semua pemangku kepentingan, sehingga tidak hanya mendahulukan kepentingan pemegang saham utama.

Baca juga: Erick Thohir berharap IPO Mitratel beri dampak positif berkelanjutan

Baca juga: Mitratel bidik dana segar hingga Rp24,9 triliun dari IPO

Baca juga: Telkomsel alihkan 4.000 menara telekomunikasi ke Mitratel

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021