Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo menandatangani kesepakatan bersama dengan Bank Indonesia (BI) Tokyo dan dua perusahaan rintisan (startup) yang didirikan technopreneur Indonesia dan Jepang, yakni Den Bagus LLC dan XETIA.io.

Upaya tersebut bertujuan untuk memfasilitasi promosi produk Indonesia di Jepang melalui inovasi dan teknologi digital.

Penandatanganan kesepakatan dilakukan di sela-sela acara “Bootcamp for Indonesian and Japanese Technopreneurs (BIJTe)” yang diselenggarakan KBRI Tokyo secara hybrid pada 27 – 28 Oktober 2021.

Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi menjelaskan kesepakatan bersama tersebut adalah implementasi konkret dari Sentra UMKM Indonesia yang dibentuk KBRI Tokyo, BI Tokyo, BNI Tokyo, dan Kantor Perwakilan BUMN Indonesia di Jepang.

"Dengan kerja sama ini, kita bisa hadirkan terobosan baru untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Jepang melalui pemanfaatan teknologi digital hasil kerja sama Indonesia-Jepang," kata Heri.

Baca juga: KBRI Tokyo fasilitasi tes calon ASN di Jepang

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno selaku pembicara dalam BIJTe memastikan pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah insentif ekonomi digital untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.

"Kontribusi sektor ekonomi digital Indonesia terhadap GDP Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan. Saya percaya kita dapat merealisasikan besarnya potensi ekonomi digital Indonesia untuk pemulihan pasca pandemi," kata Sandiaga.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Sugeng menekankan pentingnya inovasi dan digitalisasi sebagai pondasi vital bagi perekonomian di masa pandemi.

“BI komitmen untuk perkuat integrasi ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran, keuangan cross-border, serta sinergi dengan pemangku kepentingan terkait," kata dia.

Baca juga: KBRI Tokyo dorong pemenuhan pendidikan WNI di Jepang

BIJTe merupakan kerja sama KBRI Tokyo dengan BI Tokyo untuk mendorong kolaborasi talenta digital Indonesia dan Jepang.

Sebanyak 12 peserta pegiat bisnis rintisan asal Indonesia dan Jepang telah dipilih berdasarkan rekomendasi dari berbagai pusat inkubasi startup di Jepang.

BIJTe yang diikuti lebih dari 1.100 peserta secara virtual ini juga menghadirkan Daiki Kumamoto dari Real Tech Fund, venture capital Jepang, Anna Soemarno dari Google Japan dan Jerome Polin dari Mantappu Corp.

BNI Tokyo dalam kesempatan itu memperkenalkan skema kredit diaspora untuk mendukung pengembangan bisnis diaspora Indonesia di Jepang.

Bootcamp BIJTe ini menghasilkan 3 usulan kolaborasi digital Indonesia, yaitu aplikasi “tinder for business” untuk menghubungkan UMKM Indonesia dan Jepang, promosi produk makanan/minuman Indonesia lewat aplikasi digital, dan platform edutech untuk pengembangan pertanian pintar.

Baca juga: KBRI Tokyo fasilitasi "sister school" Indonesia-Jepang
Baca juga: Dubes RI di Jepang dorong kerja sama kehutanan dengan Sumitomo

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021