Jadi, kini sudah jarang mati lampu dan kalaupun mati lampu juga sebentar saja,
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan mutu layanan ketenagalistrikan mengalami peningkatan pada triwulan III 2021.

"Hal ini terlihat dari capaian System Average Interruption Duration Index (SAIDI) dan System Average Interruption Frequency Index (SAIFI) yang membaik dibanding capaian tahun lalu," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana dalam konferensi pers virtual Capaian Subsektor Ketenagalistrikan pada Triwulan III 2021 di Jakarta, Kamis.

SAIDI adalah ukuran seberapa lama padam, sementara SAIFI adalah ukuran seberapa sering padam. Makin kecil capaiannya dari target, maka makin bagus.

"Hingga triwulan III 2021, capaian SAIDI nasional mencapai 6,62 jam/pelanggan/tahun. Sedangkan target 2021 adalah 10 jam/pelanggan/tahun. Ini lebih kecil dibanding realisasi pada 2020 yang mencapai 12,72 jam/pelanggan/tahun," ujar Rida.

Sementara itu, capaian SAIFI nasional hingga triwulan III 2021 4,96 kali/pelanggan/tahun. Sedangkan target 2021 adalah 8 kali/pelanggan/tahun dan realisasi pada 2020 mencapai 9,25 kali/pelanggan/tahun.

"Jadi, kini sudah jarang mati lampu dan kalaupun mati lampu juga sebentar saja," kata Rida.


Baca juga: Kementerian ESDM: Jumlah SPKLU capai 187 unit hingga September 2021
 

Ia lalu menyampaikan kondisi pasokan listrik saat ini. "Kondisi listrik lebih dari cukup saat ini dan hingga akhir tahun tidak ada kenaikan tarif listrik," jelas Rida.

Rida juga menjelaskan upaya Kementerian ESDM dalam menjamin supply chain energi terutama batu bara.

Ia mengatakan komoditas batu bara dan liquid natural gas (LNG) sedang naik dan beberapa negara mulai mengalami krisis listrik dan membakar batu bara lebih banyak lagi untuk menjaga ketahanan energinya.

"Kita di Indonesia bersyukur punya batu bara, gas, dan lebih dari itu, dibanding negara lain kita malah sudah mengatur untuk lebih menjamin pasokan. Misal ada DMO (domestic market obligation) batu bara dan DMO gas. Jadi tidak boleh seluruhnya untuk diekspor meskipun harga lebih bagus. Ada kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri melalui DMO. Baik itu volumenya, tapi juga harganya. Artinya, negara hadir dan menjamin listrik tetap ada karena sudah diregulasi oleh pemerintah," jelas Rida.

Terkait tantangan dalam supply chain terutama batu bara, Rida menyebut hal tersebut sudah menjadi perhatian pemerintah agar dapat ditangani. Salah satunya tantangan cuaca ekstrem yang mengakibatkan banjir sehingga dapat mengganggu pasokan batubara.


Baca juga: Kementerian ESDM tingkatkan peran swasta bangun infrastruktur listrik


"Untuk menjaga pasokan energi baik di migas, minerba, listrik, maupun EBTKE, Kementerian ESDM membentuk tim khusus yang day by day memantau dan mengawal rantai pasok," tutur Rida.

Dalam konferensi pers tersebut, Rida juga memaparkan capaian kinerja mulai dari penambahan infrastruktur pembangkit, transmisi, jaringan distribusi, gardu induk, hingga gardu distribusi.

Kapasitas penambahan pembangkit listrik di Indonesia hingga triwulan III 2021 mencapai 936,62 MW. Sementara, transmisi listrik terdapat penambahan sebesar 1.910,06 kms.

Penambahan jaringan distribusi sebesar 9.915,63 kms, sedangkan kapasitas gardu induk bertambah 4.521 MVA. Penambahan gardu distribusi disampaikan terdapat peningkatan sebesar 1.002,63 MVA.


Baca juga: Pemerintah targetkan rasio elektrifikasi 100 persen tahun depan

Baca juga: Kementerian ESDM: RI butuh 47.000 km sirkut jaringan listrik


Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021