Sesuai dengan pengalaman jaringan 4G sebelumnya, 5G diperkirakan akan tumbuh optimal dalam waktu lima tahun ke depan
Jakarta (ANTARA) - Indonesia siap menyambut era baru jaringan telekomunikasi seluler generasi kelima (5G), teknologi yang memungkinkan semua aktivitas manusia dan mesin bisa bekerja secara otomasi, berkecepatan tinggi dan lebih akurat. Jaringan ini mampu melakukan download dengan kecepatan hingga 20 Gbps, 20 kali lebih cepat dari 4G yang kecepatan unduhnya mentok di angka 1 Gbps.

Saat ini, tiga operator telekomunikasi telah melakukan uji jaringan 5G yaitu Telkomsel, Indosat dan XL di sejumlah kota besar di Indonesia.

Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika meminta operator seluler mempersiapkan secara matang jaringan 5G.

Adopsi awal 5G di Indonesia, merupakan langkah revolusioner di era telekomunikasi dan digital Indonesia di tengah pandemi COVID-19.

Pemerintah pun menaruh harapan besar pada jaringan 5G, apalagi masyarakat sudah banyak yang bermigrasi ke ruang digital.

Sesuai dengan pengalaman jaringan 4G sebelumnya, 5G diperkirakan akan tumbuh optimal dalam waktu lima tahun ke depan dengan syarat pengembangan infrastruktur jaringan, tersedianya spektrum frekuensi yang lebih besar, ekosistem bisnis, hingga penggunaan perangkat telekomunikasi yang digunakan masyarakat.

Pengamat telekomunikasi dari ITB Joseph M Edward menilai pengembangan layanan teknologi seluler generasi kelima (5G) di Indonesia menghadapi tantangan besar mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur jaringan, inovasi, hingga persoalan frekuensi.

Namun, investasi dan ketersediaan infrastruktur menjadi hal yang paling mendasar dalam mengembangkan layanan 5G di Indonesia, terutama terkait perluasan jaringan dan kemampuan pendanaan.

Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB (Pikerti-ITB) ini mengatakan investasi jaringan menjadi sangat penting yang harus dipenuhi, agar 5G tidak sekedar ada, tapi juga memberikan manfaat dalam memeratakan ekonomi hingga ke wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T) di seluruh Indonesia.

5G bukan hanya sekadar besaran frekuensi yang digenggam oleh sebuah operator telekomunikasi, namun yang juga penting adalah kemampuan pengembangan jaringan kabel optik (fiber optik) lebih luas.

Teknologi 5G memiliki latensi 10 kali lipat lebih rendah dari 4G yaitu di bawah 1 milidetik. Latensi yang rendah ini dapat mendukung sejumlah aktivitas seperti operasi jarak jauh, hingga kendaraan otomatis. Lantensi adalah jeda waktu yang dibutuhkan dalam pengantaran data dari pengirim ke penerima. Makin tinggi jeda waktu maka makin lambat penerima merespons perintah dari pengirim.

Menurut catatan, jaringan fiber optik di Indonesia telah mencapai 348.442 km, namun belum cukup menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data ada 12 ribu lebih desa/kelurahan belum terjangkau jaringan 4G, bahkan sekitar 150 ribu titik layanan publik belum memiliki akses internet yang memadai.

Untuk itu menurut Edward, operator telekomunikasi harus serius mengembangkan dan memperluas jaringan 5G hingga ke pelosok Nusantara.

Ia pun menanggapi konsolidasi antara Indosat Ooredoo dan Tri yang memberikan harapan bahwa merger kedua perusahaan tersebut bisa memberikan keleluasaan dalam pengembangan jaringan ke wilayah 3T.

Dengan konsolidasi Indosat-Tri maka perusahaan bisa melakukan perencanaan untuk meningkatkan pembangunan serat optik yang menjadi backbone tidak hanya di Pulau Jawa, juga ke wilayah lainnya di Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Indosat berpengalaman sebagai operator telekomunikasi yang memiliki jaringan serat optik terbesar di Tanah Air ketika masih terjadi duopoli layanan telekomunikasi yaitu Indosat dan Telkomsel.

Dengan konsolidasi Indosat-Tri maka jaringan akan saling melengkapi untuk menciptakan cakupan yang lebih luas. “Jaringan gabungan akan meningkatkan layanan dan menawarkan sinergi yang signifikan untuk mempercepat penciptaan nilai dan memberikan keuntungan tambahan kepada semua pemangku kepentingan,” katanya.

Demikian juga dari sisi kemampuan finansial, kedua perusahaan yang berinduk ke Qatar dan Hongkong memiliki kemampuan yang besar untuk mengembangkan infrastruktur dari hulu hingga hilir untuk kepentingan konsumen yang lebih luas.

Selain bisa saling mengisi terkait segmen yang dibidik, merger tersebut juga membuka peluang baru bagi para pelaku bisnis di berbagai industri di Indonesia, seperti pembuatan aplikasi baru di bidang kesehatan, otomasi industri, vehicle to vehicle, smart home, ataupun virtual reality (VR).

Baca juga: Infrastruktur 5G penting dukung Industri 4.0 Indonesia
 

Spektrum

Untuk menghadirkan layanan dan pemanfaatan 5G yang lebih optimal dipastikan membutuhkan banyak spektrum frekuensi. Tanpa kehadiran spektrum dengan rentang yang besar maka layanan 5G akan tidak maksimal.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengakui ketersediaan spektrum frekuensi radio penting untuk mengembangkan jaringan 5G di Indonesia. Pita frekuensi yang sudah tersedia saat ini baru 2,3 GHz, yang digunakan oleh Telkomsel untuk memberikan layanan 5G komersial.

Indonesia setidaknya membutuhkan spektrum frekuensi di tiga lapisan, yaitu pita 700 MHz pada lapisan bawah (low band); 2,3 GHZ dan 2,6 GHZ pada lapisan tengah (middle band); dan 3,5 GHz pada lapisan atas (high band).

"Kita butuh spektrum frekuensi ini sesegera mungkin untuk memberikan 5G," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo Ismail.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Analis RHB Sekuritas, Michael Wilson Setjoadi dan Marco Antonius merger ISAT dan Hutchison 3 Indonesia diprediksi akan memberikan dampak positif, dengan aliran investasi yang akan terus mendukung sektor telekomunikasi, khususnya untuk penggelaran 5G di Indonesia.

Dengan permodalan yang lebih kuat, ISAT - Hutch juga diyakini mampu memperluas jaringan ke wilayah yang lebih luas. Kedua analis keuangan melihat bahwa ISAT-Hutchison dapat mempertahankan semua spektrum, karena bandwidth spektrum 2x45 Mhz di 700 Mhz akan menjadi spektrum 5G yang ideal untuk menyediakan akses internet nirkabel tetap di daerah pedesaan untuk mendukung agenda transformasi digital Indonesia oleh pemerintah.

Dalam hal persaingan, dengan asumsi retensi spektrum 100 persen, ISAT – Hutch akan memiliki 2x72 5 Mhz. Jumlah tersebut masih kalah dari pemain terbesar, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), dengan bandwidth spektrum 160 Mhz.

Baca juga: Telkomsel berkomitmen maksimalkan spektrum 5G
 

5G dan smart city

5G menjadi kebutuhan di kota-kota besar di Indonesia untuk mengembangkan kota-kota Indonesia menjadi smart city di dalam kerangka transformasi digital Indonesia menjadi digital nation.

Menurut catatan, Telkomsel menggelar jaringan 5G di wilayah Jabodetabek, serta di kota-kota lain seperti Solo, Medan, Balikpapan, Denpasar, Batam, Surabaya, Makassar, dan Bandung, Indosat di Jakarta, Solo, Surabaya dan Makassar, sedangkan XL di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai pemanfaatan layanan jaringan internet generasi kelima, 5G, yang ada saat ini akan membantu percepatan program Smart City, dan Smart Government, dan Smart Society.

"Kami mengapresiasi peluncuran layanan 5G Indosat Ooredoo di Jakarta karena dapat dimanfaatkan untuk percepatan Smart City, Smart Government, dan Smart Society," ujar Anies.

Keberadaan layanan 5G bisa menumbuhkan kultur digital masyarakat Jakarta yang berdampak terhadap kemajuan berbagai sektor, termasuk ekonomi.

Melalui layanan 5G, masyarakat yang bekerja di sektor jasa maupun UMKM akan memperoleh manfaat sehingga dapat berkompetisi di dalam pasar yang terus berkembang.

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan wilayahnya menjadi kota pertama yang memiliki jaringan 5G Telkomsel dan Indosat Ooredoo.

Ia pun mengatakan telah memiliki rencana besar untuk memanfaatkan jarigan internet super cepat 5G.

“Untuk 5G ini bukan hanya untuk masalah speed atau latency (kecepatan data dari asal ke tujuan) namun juga penggunaannya bisa diberdayakan oleh masyarakat, apalagi yang di kampung-kampung,” kata Gibran

Dengan adanya jaringan 5G, pelayanan publik tidak berhenti pada jam kerja. Namun bisa 24 jam karena semua warga bisa mengakses. Sebab di era milenial-digital, semua hal membutuhkan koneksi yang cepat.

Sebelum 5G diluncurkan, Kota Solo sudah melakukan tahap–tahap digitalisasi pelayanan dalam smart city karena semua pelayanan publik ada dalam satu genggaman, misalnya mengurus KTP dan KK tidak perlu datang ke kantor dukcapil, cukup dengan aplikasi terkait.

Jaringan 5G di Indonesia sudah mulai digelar, namun semua pihak sepakat bahwa dalam jangka panjang masih perlu pembenahan di berbagai sisi.

Untuk itu, 5G diharapkan bisa menjadi senjata utama dalam merealisasikan tranformasi digital, pemerataan jaringan internet hingga ke pelosok Nusantara, mengimplementasikan era industri 4.0 yang mendorong bangkitnya perekonomian nasional di semua sektor mulai dari pariwisata, manufaktur, pendidikan, hingga layanan jasa lainnya.

Dengan kata lain, jaringan 5G tidak hanya menghadirkan konektivitas yang lebih baik, lebih cepat, lebih kuat ke masyarakat dan rumah tangga Indonesia, tetapi juga memfasilitasi dan mempercepat proses transformasi digital berbagai industri di Tanah Air.

Baca juga: Kominfo: Ketersediaan spektrum penting untuk kembangkan 5G

Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021