pola pikir "nanti bagaimana" akan membangun budaya berpikir
Jakarta (ANTARA) - Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) Dimas Syailendra mendorong masyarakat untuk bertindak dengan memikirkan risiko atau konsekuensinya.

“Saat ini masyarakat masih sering bertindak tanpa berpikir mengenai konsekuensinya. Kondisi ini terjadi dalam banyak aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial, kesehatan, maupun ekologi atau lingkungan. Pendeknya, sering berbuat tanpa berpikir bagaimana risikonya,” ujar Dimas dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (12/10).

Dimas memberi contoh dengan masih banyaknya masyarakat yang tertipu investasi bodong, berkendara motor namun tidak menggunakan helm, membuang sampah sembarangan, merokok, dan menebarkan kebencian di media sosial.

“Dari keprihatinan terhadap budaya masyarakat yang seperti ini melatarbelakangi berdirinya Masindo,” tambah dia.

Baca juga: LPBI NU: Santri harus jadi pelopor budaya sadar risiko bencana
Baca juga: Psikolog: Kelelahan akibat pandemi jadi alasan masyarakat nekat mudik


Fokus pertama Masindo adalah bagaimana membangun budaya sadar risiko. Menurut Dimas, budaya sadar itu berbasis pada pola berpikir “nanti bagaimana”, bukan “bagaimana nanti”.

“Pola pikir 'nanti bagaimana' akan membangun budaya berpikir, mencari tahu, mengonfirmasi apapun sebelum kita mengambil keputusan atau tindakan,” tegas Dimas.

Adapun fokus selanjutnya setelah menyebarluaskan mengenai budaya sadar risiko ialah upaya-upaya untuk mengurangi bahaya dari risiko yang ada. Dimas mengatakan mengurangi risiko adalah upaya mencari solusi rasional untuk mengurangi akibat yang mungkin ada.

“Jadi, sadar risiko adalah hal yang menurut kami perlu dibangun di dalam masyarakat. Kedua, mengapa mengurangi bahaya juga menjadi fokus karena sering kali risiko sulit dihindari,” terang dia.

Oleh sebab itu, Masindo bergerak untuk sosialisasi konsep dalam meminimalisasi risiko tersebut, salah satunya melalui penggunaan produk alternatif yang lebih rendah risiko baik bagi kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan lainnya.

Baca juga: Mensos berharap mahasiswa berpikir rasional untuk tangkal radikalisme
Baca juga: Menkominfo Ajak Masyarakat Berpikir Rasional


Beberapa contoh ialah inovasi mobil listrik, kantong belanja biodegradable, hingga penggunaan produk tembakau alternatif seperti snus, vape, maupun produk tembakau yang dipanaskan untuk menekan risiko dari kebiasaan merokok. Dengan begitu masyarakat perlu mempunyai solusi untuk mengurangi risiko, jika itu memang kebiasaan tersebut sulit dihindari sepenuhnya.

“Misalnya dalam dunia investasi kita mengenal konsep risk management, untuk hal seperti ini,” kata Dimas.

Demi mencapai target tersebut, Dimas melanjutkan Masindo akan mengampanyekan isu sadar risiko dan pengurangan bahaya terhadap masyarakat dalam berbagai aspek melalui program dan kegiatan komunitas.

“Selain itu Masindo juga akan melakukan advokasi mengenai isu sadar risiko dan pengurangan bahaya ini kepada pihak-pihak berkepentingan lainnya yang dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut,” terang Dimas.

Baca juga: Wabup Garut: Warga harus mengungsi hindari bahaya retakan tanah
Baca juga: Jokowi: hindari ganja dan sabu-sabu

 

Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021