Daerah percontohan budi daya dan pengembangan umbi porang
Palembang (ANTARA) - Tanaman porang (Amorphopalus mueleri Blume) akhir-akhir ini cukup populer karena beredarnya kisah sukses petani atau masyarakat di sejumlah daerah yang membudidayakannya dari kehidupan sederhana menjadi kaya raya.

Kisah sukses petani porang dari sejumlah daeah berhasil menjadi miliarder karena komoditas porang diminati pasar luar negeri menjadi daya tarik banyak masyarakat untuk mengikuti jejak sukses tersebut.

Budi daya tanaman merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat atau hasil panennya.

Dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) berupaya mengembangkan budi daya porang sebagai tanaman sela di lahan perkebunan karet rakyat untuk menambah penghasilan petani Sumatera Selatan.

Dosen Unsri, Prof.Benyamin Lakitan mengatakan untuk mendukung pengembangan budi daya tanaman porang, sekarang ini sedang dilakukan penelitian bahan tanam atau benih yang paling cocok digunakan sebagai tanaman sela di perkebunan karet.

Untuk mengembangkan tanaman porang (Amorphopalus mueleri Blume) bisa digunakan tiga bahan tanam yakni dari biji, bulbil, dan umbinya.

Tiga bahan tanam tersebut sedang diteliti oleh mahasiswa Unsri Program Doktoral Dora Fatma Nurshanti untuk mengetahui masing-masing keunggulannya dan yang paling cocok untuk ditanam di wilayah Sumsel terutama Kabupaten Ogan Komering Ulu yang memiliki banyak kebun karet rakyat, ujar promotor mahasiswa S3 tersebut.

Dia menjelaskan, tanaman porang sekarang ini telah dikembangkan di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ulu dan beberapa daerah di Sumsel lainnya, baik sebagai tanaman sela di bawah tegakan tanaman perkebunan maupun di lahan kosong yang dibuka khusus untuk tanaman porang.

Porang yang termasuk jenis umbi-umbian memiliki banyak khasiat. Produk turunannya bisa digunakan sebagai bahan pangan, industri, farmasi, dan kosmetika.

Melihat banyaknya khasiat dan produk turunannya serta besarnya permintaan pasar domestik maupun ekspor, pengembangan budi daya porang sangat potensial, kata Prof.Benyamin yang juga Ketua Dewan Riset Daerah Sumsel itu.

Mahasiswa Program Doktoral Unsri Dora Fatma Nurshanti menjelaskan bahwa dirinya tertarik meneliti tanaman porang karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi serta prospek cerah sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat secara umum.

Selain itu, berupaya memotivasi petani memanfaatkan lahan perkebunan karet yang selama ini hanya menghasilkan getah karet saja menjadikan porang sebagai tanaman sela di bawah tegakan pohon karet.

Untuk memberikan rekomendasi bahan tanam dan cara yang tepat menanam porang di bawah tegakan pohon karet, sejak akhir 2020 mulai dilakukan penelitian tanaman porang dengan menguji bahan tanam biji, bulbil, dan umbi dengan naungan buatan (artifisial ) dan tanpa naungan.

Berdasarkan hasil penelitiannya, bahan tanam yang paling baik untuk digunakan adalah bulbil (katak) karena mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di bawah naungan.

Bulbil merupakan bahan tanam yang sesuai berdasarkan kemunculan tunas awal dan ukuran organ di atas tanah.

Penelitian dilanjutkan di lapangan untuk menguji ukuran dan berat bulbil secara langsung di bawah tegakan pohon karet dan lahan terbuka di Desa Lubuk Batang, Kabupaten Ogan Komering Ulu, kata peneliti.

Sementara sebelumnya Gubernur Sumsel, Herman Deru mengatakan pihaknya mendukung budi daya dan pengembangan pertanian umbi porang seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuasin.

"Saya mendukung Kabupaten Banyuasin sebagai daerah percontohan untuk budi daya dan pengembangan pertanian umbi porang dan menjadi sentra produksi porang," ujarnya.

Budi daya tanaman porang sangat menjanjikan keuntungan karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan diminati pasar luar negeri.

Umbi porang yang mengandung glukomanan dapat diolah menjadi panganan berkhasiat kesehatan, tepung bahan baku industri mi instan, kosmetika, penjernih air, lapisan anti air jas hujan, isolasi listrik, bahan untuk pembuatan lem atau jeli dan lainnya.

Indonesia baru bisa memenuhi 10-20 persen permintaan pasar dunia yang mayoritas dari Jepang dan Tiongkok, melihat tingginya permintaan pasar, pihaknya akan mendorong masyarakat dan petani mengoptimalkan lahan yang tersedia untuk menanam porang, kata gubernur.

Baca juga: Petani porang di Madiun harapkan patokan harga

Baca juga: Presiden Jokowi nilai komoditas baru pertanian sangat menjanjikan


Tanaman sela

Petani karet dapat menanam porang di sela-sela pohon karet untuk menambah penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Proses penanaman porang ini tidak sulit, tidak membutuhkan biaya yang tinggi dan lahan khusus karena bisa sebagai tanaman sela di bawah tegakan pohon karet dan tanaman perkebunan lainnya yang tersedia cukup luas di Sumatera Selatan dan daerah lainnya di Tanah Air.

Tanaman porang bisa tumbuh dan berkembang di bawah naungan atau di bawah tegakan pohon.

Untuk mendukung pengembangan budidaya porang, mahasiswa Unsri Program Doktoral Dora Fatma Nurshanti melakukan penelitian dengan judul 'Kesesuaian Porang sebagai Tanaman Sela di Bawah Tegagakan Tanaman Karet Dewasa'.

Tanaman porang (Amorphopalus mueleri Blume) merupakan tanaman kekayaan hayati umbi-umbian Indonesia ysng menghasilkan glukomanan, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan.

Awal musim hujan tanaman tersebut mulai tumbuh dan menjelang akhir musim hujan akan mengalami kondisi dorman.

Glukomanan yang terkandung pada umbi porang memiliki beberapa manfaat di antaranya memiliki daya merekat yang kuat dapat dimanfaatkan di bidang industri pembuatan lem dan industri cat.

Kemudian di bidang industri tekstil bahan pembuatan lapisan anti air jas hujan.

Industri farmasi sebagai kapsul, industri pangan sebagai dietery fiber untuk bahan baku pangan sehat seperti mi, jeli, dan tahu.

Berdasarkan struktur kimianya yang mirip selulosa dapat digunakan sebagai bahan pembuat seluloid, bahan peledak, isolasi listrik, pengikat mineral yang tersuspensi secara kolidal pada hasil awal penambangan.

Perbanyakan tanaman porang dapat dilakukan melalui cara generatif menggunakan biji dan vegetatif melalui umbi batang dan bulbil yang tumbuh pada pangkal daun atau ketiak daun

Wilayah Sumsel cocok untuk budi daya porang dan rencana pengembangannya mendapat sambutan baik oleh kalangan petani.

Akhir-akhir ini mulai banyak masyarakat tertarik menanam porang, selain di Kabupaten Banyausian, dikembangkan pula di Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu, Muara Enim, dan Prabumulih.

Provinsi Sumatera Selatan siap mengembangkan porang sebagai tanaman sela perkebunan karena nilai ekonominya potensial menambah penghasilan petani.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian menjelaskan bahwa wilayah provinsi yang memiliki lahan perkebunan karet, kelapa sawit, dan hutan tanaman industri (HTI) cukup baik untuk budi daya porang.

Harga porang segar di tingkat petani berkisar Rp4.000 hingga Rp6.000 per kilogram dengan berat umbi bisa 2-4 kilogram per petiol, harganya bisa naik dua kali lipat jika sudah diolah dan kondisi siap ekspor.

Selain umbinya, dalam waktu sekitar delapan bulan porang juga menghasilkan bulbil (katak) hingga empat buah per petiol yang bisa dijadikan bahan tanam untuk perluasan kebun.

"Kami mendorong petani untuk memulai budi daya porang mengoptimalkan lahan perkebunan yang dimiliki untuk mendapatkan sumber penghasilan tambahan," ujarnya.

Budidaya porang yang kini tengah daun semakin pupuler di kalangan petani. Selain karena hasilnya menjanjikan, seperti yang disampaikan Presiden Presiden Joko Widodo (Jokowi), porang tanaman akan menjadi makanan sehat sebagai pengganti beras pada masa depan.

Baca juga: Unsri Palembang kembangkan budi daya porang sebagai tanaman sela

Baca juga: Kemenperin pacu nilai tambah melalui revitalisasi sentra IKM Porang

 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021