Bila mereka bisa, kita juga harus bisa.
Jakarta (ANTARA) -
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia melakukan pendekatan "soft power" untuk dapat menghasilkan kajian Indonesia Menuju 2045.
 
"Menjelang Republik Indonesia memasuki usia 100 tahun pada 2045 mendatang, kami merasa perlu mendalami pendekatan soft power. Kami mesti belajar dari beberapa negara yang mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir," kata Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI Purn Agus Widjojo saat peluncuran buku Menuju Indonesia 2045, di Lemhannas RI, Jakarta, Rabu.
 
Menurut dia, Lemhannas sejak lama melakukan kajian yang bersifat "hard power" berkaitan dengan militer dan pendayagunaan kekuatan.
 
Pendekatan ini untuk menganalisa kehidupan bernegara hubungan antar-negara dengan memperhitungkan faktor geopolitis dan geostrategis.
 
Dalam ilmu hubungan internasional dipelajari bahwa "hard power" biasanya dilakukan dengan pola pendekatan koersif atau memaksa maupun dengan pendekatan membujuk lewat pemberian ganjaran.
 
"Baik secara transaksional maupun mengancam, pada akhirnya tujuan hard power adalah mencapai kemenangan atau membangun koalisi kemenangan," ujarnya pula.
 
Pelengkap pendekatan hard power adalah soft power.
 
"Pendekatan ini (soft power) lebih berkarakter inspirasional, berusaha menarik simpati pihak lain melalui kecerdasan emosional, karisma, komunikasi yang persuasif, daya tarik ideologi visioner serta pengaruh budaya," kata Agus.
 
Negara dengan budaya populer, ujar Agus lagi, kini ikut mempengaruhi dunia lewat budaya berupa musik, tari, film, dan makanan.
 
"Bila sebelumnya budaya pop barat begitu mendominasi, sekarang kita lihat pengaruh budaya pop Korea atau K-Pop yang merasuki anak-anak muda di seluruh dunia termasuk di Indonesia. bersamaan dengan serbuan musik, tari dan film Korea, tumbuh subur pula aneka restoran yang menyajikan kuliner negeri ginseng itu. secara sukarela anak-anak muda juga belajar bahasa Korea demi bisa menikmati K-Pop secara utuh," ujarnya pula.
 
Atas dasar perkembangan itulah, Lemhannas memprakarsasi penulisan buku Indonesia Menuju 2045.
 
"Dalam tempo 24 tahun menuju 100 tahun usia republik, kita mesti belajar bagaimana negara-negara itu berhasil membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul," ujarnya.
 
Menurutnya, SDM yang unggul akan mendatangkan kemakmuran, kesejahteraan, kesetaraan, keadilan sosial dan kepuasan bagi bangsa Indonesia.
 
"SDM unggul juga akan membentuk ketahanan nasional yang kuat dan merekatkan NKRI secara utuh. Kita tak akan mudah dipecah belah atau diadu domba. Bangsa Indonesia akan menjadi kekuatan luar biasa yang berdiri sejajar dengan negara maju lain dan dihormati dalam percaturan global," kata Agus lagi.
 
Belajar dari pengalaman negara-negara lain yang sudah lebih dulu maju dengan latar belakang ideologi, kultur, ras dan agama yang berbeda, Indonesia harus berani menancapkan tekad untuk bisa setara dengan negara lain pada 2045.
 
"Bila mereka bisa, kita juga harus bisa. Apalagi titik awal kita sudah di level negara berpendapatan menengah bawah. Bukan di level negara miskin dan harus bangkit dari puing-puing kehancuran seperti mereka dulu," ujar Agus Widjojo.
 
Peluncuran buku Indonesia Menuju 2045 melibatkan tiga instansi, yaitu Lemhannas RI, CSIS, dan media massa.
Baca juga: Lemhannas fokus kaji "soft power" bersiap menuju Indonesia 2045
Baca juga: Gubernur Lemhannas: "Soft power" perlu diperdalam menjelang 2045

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021