London (ANTARA) - Ekonomi-ekonomi terbesar dunia perlu berbuat lebih banyak untuk memastikan peringkat dan investasi terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola efektif dalam transisi ke ekonomi rendah karbon, sebuah laporan dari OECD pada Senin mengatakan.

Diluncurkan menjelang pertemuan G20 pada Oktober, laporan itu mengatakan meski dorongan untuk berinvestasi menggunakan kriteria lingkungan, sosial, tata kelola atau ESG (Environmental, Social, and Corporate Governance) dapat membantu tujuan iklim internasional, “tantangan besar” perlu diatasi.

Secara khusus, laporan tersebut menyoroti berbagai macam pendekatan untuk menilai isu-isu ESG, data yang tidak konsisten dan kurangnya komparabilitas antara metodologi penilaian ESG.

“Dinamika dan tantangan persaingan yang terkait dengan peringkat dan investasi ESG ini dapat membahayakan integritas pasar, mengikis kepercayaan investor, dan menutupi sejauh mana dampak keputusan investasi terkait lingkungan dan iklim,” kata laporan itu.

“Pada akhirnya, tantangan dapat membatasi kecepatan dan skala alokasi modal yang diperlukan untuk mencapai kemajuan nyata guna mendukung nilai jangka panjang dan transisi ke ekonomi-ekonomi rendah karbon.”

Baca juga: Menteri LHK: Negara G20 dapat menjadi katalis pemulihan lingkungan

Laporan tersebut mengikuti pembukaan konsultasi oleh Organisasi Internasional Komisi Sekuritas (IOSC) tentang peringkat ESG pada Juli dan datang menjelang putaran pembicaraan iklim global berikutnya pada November.

OECD meminta pemerintah untuk memastikan transparansi global, komparabilitas dan kualitas metrik ESG inti.

Khususnya pada peringkat lingkungan, laporan tersebut mengatakan bahwa penyedia peringkat tampaknya kurang memberi bobot pada dampak lingkungan negatif dan lebih pada pengungkapan kebijakan dan target perusahaan, dengan sedikit penilaian terhadap dampaknya.

Dengan penyedia peringkat yang sering menggunakan skor sub-kategori dalam jumlah besar, OECD menyerukan kejelasan yang lebih besar atas arti skor tersebut, untuk membantu investor dengan lebih baik.

Investor juga terhambat oleh masalah termasuk data "tidak memadai" pada jalur nol bersih, kurangnya kejelasan kebijakan mengenai harga karbon dan dukungan untuk energi terbarukan dan kurangnya produk dan alat pengukuran untuk memungkinkan investor menyelaraskan portofolio dengan tujuan iklim tertentu.

“Secara keseluruhan, kerja sama internasional yang lebih besar diperlukan untuk memastikan bahwa ESG dan praktik terkait transisi iklim berkembang dengan cara yang memperbaiki fragmentasi pasar saat ini, dan memperkuat kepercayaan investor dan integritas pasar.”

Baca juga: G20 setujui kerangka utang untuk bantu negara miskin

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021