Jika makhluk asing cerdas itu ada, mereka akan mirip kita (manusia)
Jakarta (ANTARA News) - Dua hari ini Indonesia dihebohkan oleh jejak aneh di pesawahan di Sleman yang disebut sementara kalangan sebagai bukti mendaratnya pesawat ruang angkasa milik makhluk asing.  Pertanyaannya, apakah makhluk ruang angkasa atau kehidupan di luar Bumi itu ada?

Taruhlah itu ada. Seperti apakah mereka itu? Space.com, pada 10 Januari 2011, menurunkan artikel mengenai hasil sebuah penelitian mengenai makhluk ruang angkasa atau alien itu. Hasilnya amat mengejutkan.

Ketika mempertimbangkan kemungkinan kehidupan lain di luar Bumi, manusia harus siap dengan skenario terburuk, demikian penelitian terbaru mengenai mahkluk asing itu seperti dikutip Space.com.

"Tak peduli kita sendiri, atau ada alien (makhluk asing) di luar sana, yang jelas alien itu serakah dan lapar sumber daya seperti kita (manusia)," demikian kesimpulan penelitian tersebut.

Dua opsi yang tidak mengenakkan hati ini, masih menurut penelitian ini, adalah satu-satunya kemungkinan yang bakal terjadi.

Itu karena evolusi adalah hal yang bisa diperkirakan, dan biosfer alien semestinya menghasilkan pula bentuk-bentuk kecerdasan seperti manusia yang kemungkinan teknologinya lebih unggul dan terus meningkat dahaganya akan sumber daya.

Namun fakta bahwa kita tidak pernah menemukan E.T. (extraterrestrial) telah menguatkan argumentasi bahwa kita sendirian melolong dan berjalan di alam semesta yang maha luas ini.

"Untuk sementara, seperti telah banyak diobservasi, di luar sana itu sangat senyap," kata kepala penelitian itu, Simon Conway Morris, dari Universitas Cambridge, kepada SPACE.com dalam wawancara via e-mail.

Dan mengingat banyak sistem planet yang berumur miliar tahun lebih tua dari Bumi, maka diperkirakan alien ini sudah berada di Bumi di era Kambrium (1,7 juta tahun lalu), sambungnya

Evolusi terpetakan

Kehidupan di Bumi mengeksploitasi setiap bentuk yang tergambarkan, menoleransi suhu, kadar garam, pH, dan tekanan yang ekstrem.

Conway Morris menjelaskan, jadinya kehidupan di Bumi ada dekat dengan batas fisik dan kimiawi kehidupan di mana saja.

Lebih jauh, Conway Morris berkata, evolusi bisa diprediksi dan menelurkan hasil-hasil yang relatif bisa diprediksi.

Dua proposisi ini menegaskan bahwa kehidupan asing, jika itu ada, semestinya mirip dengan kehidupan terestrial dan menghasilkan kecerdasan seperti dimiliki manusia.

Makhluk-makhluk asing ini mungkin berpenampilan ganjil, namun perbedaanyanya lebih kepada bentuk fisik.

Tak ada alasan untuk mengkhawatirkan makhlukitu. kata Conway Morris.

"Jika makhluk asing cerdas itu ada, mereka akan mirip kita (manusia), dan berdasarkan sejarah kita yang jauh dari gemilang, maka ini semestinya memberi kita jeda untuk berpikir," tulisnya dalam hasil penelitian yang dipublikasikan pada 10 Januari 2011 dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society A.

Para peneliti lainnya menguatkan pandangan ini. Fisikawan kesohor Stephen Hawking misalnya, baru-baru ini mengingatkan bahwa makhluk asing itu mungkin lebih tertarik pada kekayaan tambang planet kita sebagai sumber daya vital mereka, ketimbang ingin mengenal manusia.

Apakah kita sendirian?

Skenario bahwa alien itu tamak dan imperialistis memang menakutkan. Conway Morris secara mengejutkan, bahwa skenario ini benar.

Kita tampaknya sendirian di alam semesta, tulis Morris. Semesta itu luas sekali dan menjadi tempat untuk setidaknya 100 miliar galaksi.

Sementara sistem Tata Surya kita relatif lebih muda dibandingkan umur semesta, yaitu 4,6 miliar tahun melawan 13,7 miliar tahun.

Oleh karena itu seharusnya ada banyak sekali waktu dan kesempatan untuk banyak peradaban alien untuk lebih duluan berevolusi dibandingkan manusia.

Fakta bahwa E.T. tidak berusaha menjalin kontak dengan manusia adalah indikasi kuat bahwa mereka tidak hanya ada di luar sana, kata Conway Morris.

Jarak teramat jauh yang tampak memisahkan kemungkinan ada peradaban asing, tak menciptakan kendala untuk menjalin kontak yang tak bisa diatasi, kata Conway Morris.

"Setidaknya di galaksi kita ini, jarak sejauh kira-kira 1000.000 tahun cahaya bukanlah tak bisa ditempuh, mengingat tingkat difusi dan derajat geometris pembentukan koloni yang rendah," katanya.

Sambut dengan tangan terbuka?

Jika penelitian Conway Morris merekomendasikan peringatan dalam kaitannya dengan kemungkinan ada kehidupan asing di luar angkasa, satu penelitian baru lainnya justru menyatakan bahwa manusia mungkin sangat gembira mendapati kenyataan bahwa mereka tidak sendirian di semesta ini.

Menulis dalam isu sama pada jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society A, psikolog Albert Harrison memprediksi bahwa penemuan kehidupan asing akan terjadi segera di masa nanti dan akan lebih mengilhami kegembiraan ketimbang menciptakan neraka di Bumi.

Ini sebagian karena E.T. tampaknya akan sama sekali bukan ancaman dan sangat abstrak ketika manusia pertama kali kontak dengan mereka.

Bukti pertama dari kehidupan alien tampaknya akan seperti mikroba dari Mars atau anggota sistem Tata Surya lainnya atau satu sinyal elektromagnetik yang menerobos angkasa, kata Harrison.

"Inilah cara bagaimana kita melihat secara sistematis kehidupan ekstraterestrial," kata Harrison, profesor psikologi pada Universitas California, Davis, kepada SPACE.com. "Karena inilah tempat di mana melihat, tempat di mana kemungkinan kita menemukannya."

Di lain pihak, penemuan semacam ini akan jauh berbeda dari invasi pesawat ruang angkasa asing ke Bumi ala kisah fiksi "War of the Worlds".

Ada juga sejumlah ambiguitas dan ketidakmenentuan di sini, khususnya mengenai sinyal elektromagnetis yang kemungkinan sulit diterjemahkan.  Tapi ini semestinya bukan masalah besar, kata Harrison.

"Akan ada respons beragam, namun saya kira secara keseluruhan kita bisa mengatasinya dengan baik," katanya. "Anda mesti ingat, ada mekanisme yang adaptif yang dapat dimainkan."

Lalu, sambungnya, menemukan E.T. mungkin bukan peristiwa yang dramatis. Sebaliknya, ini akan berlangsung seperti terjadi dalam sains pada umumnya.

"Apa yang saya pikir sangat mungkin terjadi adalah bahwa lama-lama orang mulai menyimpulkan bahwa kita tidak sendirian," kata Harrison. "Sejumlah pihak sudah menyimpulkan seperti itu. Ini seharusnya tidak menjadi kilas balik atau bagai bom yang tak jadi meledak. Akan semakin banyak saja orang yang berkata, 'Astaga, bukti menunjukkan alien itu ada di luar sana.'"

Siap 50 tahun ke depan

Alasan lain yang membuat orang mengakui ET, demikian Harrison, adalah apa yang terjadi dalam 50 tahun terakhir.

Kemajuan teknologi, pesawat ruang angkasa, ilmu antariksa dan pemahaman manusia mengenai kosmos telah membuat manusia siap menghadapi kemungkinan bahwa manusia tidak sendirian di semesta ini.

"Ini menimbulkan perasaan bahwa apapun bisa terjadi," kata Harrison. "Dan saya kira ini menciptakan persepsi bahwa E.T. mungkin ada di luar sana, dan bahwa kita pada akhirnya memiliki teknologi untuk mendeteksinya."

Dari pandangannya, Harrison lebih optimistis dibandingkan Conway Morris dalam soal kemungkinan adanya E.T.

Alien mungkin sulit sekali ditemukan di semesta yang amat luas ini, khususnya ketika manusia tak mengetahui persis apa yang dicarinya.

"Ini seperti menemukan jarum dalam tumpukan jerami," kata Harrison. "Mungkin alien ini sangat jauh, dan kita tak bisa mengejarnya. Ada banyak hal yang tidak diketahui."

Dan meskipun dia tak mendukung kita optimistis, Harrison tidak sekhawatir Conway Morris yang menskenariokan kemungkinan alien itu ganas.

Itu tidak otomatis membuktikan bahwa kemajuan peradaban alien yang imperialistis, akan menjelajahi kosmos demi memburu sumber daya, sanggah Harrison.

Kendati setiap malam dijejali skenario kekacauan (dari film di televisi), masyarakat Bumi lebih menginginkan koeksistensi damai (dengan alien), kata Harrison.

Dan sekalipun peradaban asing itu serakah dan imperialistis, tak ada jaminan mereka bakal berlaku kasar kepada tetangganya.

"Mungkin saja ada peradaban yang amat serakah di sana," kata Harrison. "Mungkin saja mereka berhasil pada tingkat tertentu, namun mereka akan ambruk atau dipukul balik. Tak ada satu perabadan pun yang bisa dominan berkuasa, karena bakal ada koalisi antarperadaban yang membuat peradaban dominan terkendali."

Manusia seluruh dunia sepertinya lebih setuju dengan pandangan lebih positif dari Harrison. Dalam penelitian terbarunya, dia mengutipkan 86 persen orang Amerika yakin bahwa alien tampaknya lebih bersahabat ketimbang bermusuhan.

Mungkin sebagian besar dari kita akan mengalungi alien-alien itu dengan bunga, atau mungkin karena kita hanya optimis atau bahkan masa bodoh. (*)

sumber: Space.com

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011