Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR Johan Rosihan meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membenahi sistem rantai produksi perikanan dari hulu ke hilir dengan memberdayakan masyarakat setempat.

"Saya mengimbau agar KKP memperbaiki sistem rantai produksi yang efisien dari hulu sampai ke hilir dengan model pemberdayaan masyarakat nelayan dan penguatan kelembagaan serta peningkatan kualitas SDM yang profesional dan inovatif," katanya dalam rilis di Jakarta, Jumat.

Johan menyoroti masih belum optimalnya peningkatan daya saing produk hasil perikanan domestik serta masih minimnya inovasi produk perikanan yang bisa memberikan nilai tambah bagi komoditas perikanan kita.

Untuk itu, ujar dia, perlu betul-betul fokus dalam meningkatkan kualitas produk kelautan perikanan yang bermutu dan berdaya saing tinggi sesuai dengan standar perdagangan internasional.

Apalagi, menurut politisi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera tersebut, produk perikanan dari Indonesia diperkirakan baru mengisi sekitar tiga persen dari pasar ikan dunia.

"Saya menilai pemerintah harus lebih serius untuk meningkatkan program yang mendorong pelaku usaha perikanan dan memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada seluruh nelayan Indonesia serta lebih bekerja keras untuk mengoptimalkan potensi sumber daya yang sejalan dengan tantangan teknologi 4.0 dan memperkuat pengawasan perairan Indonesia," papar Johan.

Ia juga mengingatkan adanya potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun yang tersebar di wilayah perairan laut Indonesia dan perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI).

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong produksi masif reefer container (peti kemas berpendingin) buatan dalam negeri guna meningkatkan kuantitas dan kualitas produk kelautan dan perikanan.

Kemenko Marves telah menguji coba purwarupa reefer cointainer buatan anak bangsa di Madiun, Jawa Timur, dengan kapasitas 1 ton, 2 ton, dan 5 ton.

"Reefer container ini sudah diujicobakan dan sudah dapat berfungsi dengan baik. Ini adalah hasil kerja sama antara PT Industri Kereta Api (PT Inka) dan PT Kelola Mina Laut (PT KML). Dengan adanya keberhasilan ini, maka kita perlu terus mengawal dan mendorong scale up-nya menuju produksi massal," kata Asisten Deputi Hilirisasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Amalyos Chan.

General Manager Inka Junaidi menyatakan pembuatan reefer container mengandung konten lokal yang telah disesuaikan juga dengan ketentuan TKDN dari Kementerian Perindustrian.

"Reefer container ini mengandung lokal content sebesar 71 persen. Dengan adanya hal ini, produksi reefer container ini mampu berkontribusi terhadap gencarnya Gerakan Bangga Buatan Indonesia," ungkapnya.

Reefer container menjadi salah satu cara meningkatkan produksi hasil produk perikanan dan kelautan. Dengan adanya reefer container, produk-produk sektor kelautan perikanan tangkap segar, mampu terus terjaga kualitasnya sampai ke negara tujuan saat ekspor atau saat dikirim ke tiap daerah di Indonesia.

Baca juga: Pemerintah dorong produksi "reefer container" buatan dalam negeri
Baca juga: KKP pacu perbaikan pelabuhan perikanan pada 2022
Baca juga: Presiden tetapkan PP penggabungan PT Perinus ke PT Perikanan Indonesia

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021