Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan Gunung Merapi mengalami 129 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Rabu (29/9) mulai pukul 00:00-24:00 WIB.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Kamis, menyebutkan selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat 128 kali gempa hybrid atau fase banyak, 48 kali gempa hembusan, 52 kali gempa frekuensi rendah, serta dua kali gempa tektonik.

Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal dengan ketinggian 100 meter di atas puncak.

Berdasarkan pengamatan di gunung api aktif itu teramati 24 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter mengarah ke barat daya dan terdengar dua kali suara guguran dengan intensitas sedang.

Laju deformasi Gunung Merapi yang diukur BPPTKG selama tiga hari menggunakan electronic distance measurement (EDM) tidak terukur karena cuaca berkabut.

Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.

Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan berdampak pada wilayah dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Apabila gunung api itu meletus, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
Baca juga: Gunung Merapi luncurkan guguran lava pijar 24 kali ke barat daya
Baca juga: Sebanyak 141 kali guguran lava meluncur dari Gunung Merapi
Baca juga: Gunung Merapi luncurkan 18 kali guguran lava pijar ke barat daya


Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021