Dengan adanya sekolah lapang, nelayan itu bisa melihat situasi cuaca, melihat kondisi cuaca di laut. Ini dampaknya sangat besar sekali terhadap nelayan, bisa tahu bahwa gelombang tinggi, angin kencang, maupun yang lain-lain
Cilacap, Jateng (ANTARA) - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Sarjono menyatakan nelayan setempat sangat merasakan manfaat kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang digelar BMKG untuk kesekian kalinya di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

"Dengan adanya sekolah lapang, nelayan itu bisa melihat situasi cuaca, melihat kondisi cuaca di laut. Ini dampaknya sangat besar sekali terhadap nelayan, bisa tahu bahwa gelombang tinggi, angin kencang, maupun yang lain-lain," katanya usai pembukaan SLCN 2021 Kabupaten Cilacap yang digelar di Gedung HNSI Cilacap, Selasa.

Terkait dengan hal itu, dia menyampaikan terima kasih kepada BMKG yang selama ini telah memberikan dukungan kepada nelayan.

Ia mengharapkan dengan adanya kegiatan SLCN, kecelakaan laut yang dialami nelayan Kabupaten Cilacap dapat dikurangi.

Dalam kesempatan tersebut, Sarjono juga mengharapkan BMKG untuk bisa memperdalam lagi informasi cuaca maritim karena saat sekarang belum bisa menginformasikan secara rinci di mana akan terjadi gelombang tinggi dan angin kencang akan lewat.

"Kalau di darat kan bisa, nanti di wilayah kecamatan ini akan terjadi hujan, di kecamatan ini tidak terjadi hujan. Di laut, harapan kami seperti itu, biar tahu posisi lintang sekian, bujur sekian akan terjadi gelombang tinggi atau badai di situ, nah ini yang perlu didalami," katanya.

Ia mengatakan jika koordinat lokasi yang berpotensi terjadi gelombang tinggi tersebut diketahui, nelayan akan pergi menjauhi lokasi itu.

Selama ini, kata dia, dalam informasi prakiraan cuaca maritim hanya disebutkan perairan selatan Kabupaten Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta maupun Samudra Hindia selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta berpotensi terjadi gelombang tinggi.

"Maksud kami, BMKG bisa memberikan titik koordinat, selatan Jawa itu Jawa mana, di posisi berapa, lintang berapa, bujur berapa, jadi kami tahu. Ini yang sangat penting untuk keselamatan nelayan," kata Sarjono.

Terkait dengan harapan tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya selama ini telah menginformasikan mengenai potensi terjadinya badai atau siklon tropis kurang lebih tiga hari sebelumnya.

"Itu ada peringatan dini siklon tropis, termasuk koordinat, lintasannya lewat mana, dan sampai kapan. Jadi, tanggal sekian dan jam sekian itu sampai mana, nanti kira-kira mendekat sampai pantai itu tanggal berapa dan jam berapa, itu ada," katanya menjelaskan.

Menurut dia, informasi tersebut selalu diteruskan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan seluruh pelabuhan perikanan untuk diinformasikan kepada nelayan agar bisa mendapatkan informasi lebih dini.

Selain itu, informasi tersebut juga diberikan kepada para alumni kegiatan SLCN yang diharapkan dapat mempercepat diseminasi informasi BMKG kepada nelayan lainnya.

Ia mencontohkan saat terjadi siklon tropis Seroja, ada salah satu desa nelayan di Nusa Tenggara Timur yang seluruh warganya bisa selamat dari kejadian tersebut.

"Itu karena alumni SLCN menerima informasi (tentang siklon tropis Seroja) dari handphone. Begitu menerima informasi, warga satu kampung bisa langsung dievakuasi sehingga selamat meskipun kapalnya tidak bisa diselamatkan," katanya.

Selain badai, informasi mengenai lokasi atau koordinat yang berpotensi terjadi gelombang tinggi pun telah presisi dan dapat diakses melalui laman https://maritim.bmkg.go.id, demikian Dwikorita Karnawati.

Baca juga: Sekolah lapang cuaca tingkatkan tangkapan nelayan

Baca juga: Sekolah lapang nelayan digelar BMKG di Pekalongan-Jateng

Baca juga: KKP: sekolah lapang putus rantai kemiskinan nelayan

Baca juga: SLN, sarana BMKG tingkatkan tingkatkan pemahaman cuaca nelayan

 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021