Surabaya (ANTARA) - Rifdah, Felya, Jamal, Anam, Bariq, April, Aldi, Kevin, Aulia, Harumi, Aji, Bageur, Arista, Fiqi dan Fikri adalah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang saat ini tercatat sebagai relawan di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Kota Surabaya, Jawa Timur.

Selain itu,ada juga alumni ITS Surabaya, seperti Djuwono, Vicki, Yazid, Endah, Jadid, Sita dan Irwan, lalu lulusan Universitas Airlangga, yakni Wahyu, Fetty, serta Arham. Kemudian, alumnus Universitas Trunojoyo, ada nama Sifa, dan dari kalangan umum ada nama Masrukhan. Bahkan, ada tiga nama pemuda asal Komunitas Bonek Mania, yaitu As'ad, Renaldi serta Maulana.

Usia anak-anak muda antara 18 tahun hingga 30 tahun itu, setiap hari, selama sekitar 1,5 tahun, berjuang demi menyelematkan nyawa manusia. Tak berlebihan jika julukan “Pahlawan-Pahlawan Muda Kesehatan” disematkan kepada mereka.

Meski tidak harus mengobati langsung pasien secara medis, namun suntikan semangat dan morel dari mereka ini tak bisa dipandang sebelah mata. Setiap pagi, anak-anak muda itu tak ragu bergaul, bercengkerama, bahkan berjoget bersama, meski harus berpakaian alat pelindung diri (APD), demi membuat kembali sehat pasien-pasien di rumah sakit itu.

Tak cuma kegiatan sehari-hari memimpin para pasien, terkadang di saat hari besar nasional maupun keagamaan, mereka bersama-sama memperingatinya. Tidak ada istilah tanggal merah bagi relawan-relawan muda itu, sejenak pun mereka tak berlibur. Semuanya dilakukan demi alasan kemanusiaan.

Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha dilalui mereka tidak bersama keluarga di rumah, Hari Kemerdekaan RI juga tak diperingatinya di tempat-tempat mereka bekerja. Puasa, shalat id, hingga upacara digelar di Indrapura, sebuah jalan tempat rumah rumah sakit khusus itu didirikan. Mereka merayakannya dengan keluarga baru, meski baru dikenal dan hanya bertemu tidak lebih dari dua pekan.

"Kami beruntung punya mereka. Semangatnya tinggi, enerjik dan mobilitasnya kuat," ujar Ketua Pelaksana Relawan Program Pendampingan Keluarga Pasien COVID-19 RSLI Radian Jadid.

Mereka tak hanya diminta sekadar membantu, tapi juga sebagai momentum para relawan senior untuk mengader dan memberikan nilai tambah kepada relawan-relawan muda ini. Di RSLI, anak-anak muda itu mendapat pengalaman dan nilai tambah, terlebih setiap pekan ada peningkatan kapasitas dari para dokter-dokter yang menjadi pembicara.

“Mereka jadi relawan, tapi juga dididik untuk berkarya dan dapat banyak pemahaman tentang COVID-19. Edukasi ke masyarakat, kemampuan manajerial dan laporan, hingga riset juga didapatnya," kata Jadid.

Aktivis muda Jatim itu bahkan menyampaikan ada mahasiswa semester akhir statistika asal ITS yang sukses mendapat nilai AB untuk tugas akhir di kampusnya. Rekrutmennya juga tak ada aturan khusus. Mereka adalah aktivis-aktivis kemanusiaan yang kerap berhubungan langsung dengan aktivitas sosial kemasyarakatan.

Selama beraktivitas, para relawan muda itu tetap mengedepankan protokol kesehatan, seperti menggunakan APD saat berada di zona merah, memakai masker hingga pelindung wajah. "Yang diingat, bahwa kesehatan, keselamatan dan keamanan relawan adalah yang nomor satu," tuturnya.

Saat bekerja mereka tidak full time, atau tetap ada hari libur untuk beristirahat, seperti sehari masuk dan sehari libur, atau dua hari masuk dan dua hari libur.


Apresiasi organisasi kepemudaan

Banyaknya anak-anak muda sebagai relawan di RSLI Surabaya itu mendapat apresiasi dari berbagai pihak, terutama Karang Taruna Provinsi Jawa Timur. "Mereka ini kader dan layak diapresiasi karena kesetiakawanan sosial, kerelaan yang menjadi ruh setiap relawan adalah penting bagi bangsa ke depan," tutur Ketua Karang Taruna Jawa Timur Agus Maimun.

Di 38 kabupaten/kota di Jatim, ia mengakui bahwa Karang Taruna di daerah terlibat aktif dalam upaya pengendalian COVID-19 di wilayah masing-masing. Selain karena program, kehadiran anak-anak muda itu tidak lepas dari kesadaran kemanusiaan yang tinggi.

Bagi Karang Taruna, kata dia, merupakan hal biasa karena nafasnya sosial, baik untuk menangani kebencanaan, kemiskinan dan permasalahan sosial lainnya. Ia berharap pemerintah tidak lepas tangan terhadap pemuda-pemuda yang sudah sangat aktif, khususnya perhatian sebagai penyemangat dan motivasi ke depan.


Perjalanan RSLI

RSLI Surabaya menerbitkan lima judul buku menandai setahun beroperasinya rumah sakit darurat untuk para pasien yang terinfeksi COVID-19 tersebut.

RSLI beroperasi pada awal Juni 2020 atau tiga bulan pascaditemukannya kasus COVID-19 di Tanah Air, termasuk Jawa Timur. Setahun berselang, awal Juni 2021, RSLI menandai beroperasi selama satu tahun dengan menerbitkan lima buku.

Ketua Panitia peringatan setahun RSLI Surabaya dr Ngurah Arie Kapindra Dharma menjelaskan dua buku di antaranya diterbitkan oleh para dokter dan tenaga kesehatan dan tiga buku ditulis sukarelawan pendamping pasien COVID-19.

Buku-buku itu berjudul "Panduan Standar Operasional Prosedur RS Lapangan Kogabwilhan II" dan "Tupoksi Tata Kelola Rumah Sakit Lapangan Kogabwilhan II".

Dua buku tersebut merupakan dokumentasi dan rekam jejak yang telah ditorehkan oleh para tenaga kesehatan dalam memberikan layanan medis kepada para pasien COVID-19.

Menurut dia, buku-buku itu bisa menjadi dokumentasi sekaligus gambaran dan bahan referensi bagi pihak lain untuk menyelami seluk beluk pengelolaan rumah sakit serta penanganan COVID-19 di RS Lapangan Surabaya. Diharapkan buku itu bisa bermanfaat untuk banyak pihak.

Sementara tiga buku lainnya yang diterbitkan oleh sukarelawan pendamping pasien COVID-19 itu, masing-masing berjudul "Dedikasi Relawan Pendamping Keluaga Pasien COVID-19 dalam Upaya Penyembuhan dan Rehabilitasi Pasien RS Lapangan Indrapura", "Support and Education Relawan Pendamping Keluarga Pasien COVID-19 RS Lapangan Indrapura" dan "Kiprah Relawan dalam Pendampingan Nonmedis Pasien COVID-19 RS Lapangan Indrapura".

Ketiga buku tersebut merupakan catatan dan dokumentasi perjalanan para relawan pendamping di RS Lapangan Surabaya dalam memberikan pelayanan nonmedis selama setahun.

Banyak yang dilakukan para relawan dan tidak akan cukup diuraikan satu persatu dalam lembaran-lembaran kertas.

Namun, setidaknya melalui buku ini bisa memberikan gambaran atas kerja kerelawanan mereka selama bertugas di RS Lapangan Surabaya.

Harapannya ada umpan balik, masukan, serta saran untuk memantau dan memperbaiki hingga membangun relawan, khususnya di RSLI, agar lebih baik lagi di masa mendatang.

Hingga sekitar 1,5 tahun beroperasi, per 26 September 2021, pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat di RSLI sebanyak 10.559 orang. Rinciannya, 5.966 orang laki-laki dan 4.043 orang perempuan. Total pasien sembuh sebanyak 10.009 orang, pasien dirawat 68 orang (32 orang laki-laki dan 36 orang perempuan), sedangkan pasien meninggal dunia empat orang.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021