Jakarta (ANTARA) - Peneliti di Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mohammad Dani mengembangkan baja nirkarat tahan temperatur tinggi, komponen penting yang digunakan dalam industri strategis seperti transportasi dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Dalam acara pengukuhannya sebagai profesor riset di Jakarta, Rabu, Dani mengemukakan bahwa baja nirkarat maupun Fe-based superalloy berpotensi digunakan sebagai komponen peralatan yang bekerja pada suhu tinggi dan dalam lingkungan yang korosif, termasuk komponen peralatan reaktor nuklir.

Industri transportasi, ia melanjutkan, juga memanfaatkan baja nirkarat untuk membuat bagian-bagian alat yang berkaitan dengan proses pembakaran yang menghasilkan keluaran daya besar dengan gas buang yang rendah.

Dani mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan baja nirkarat yang tahan temperatur tinggi, memiliki kekuatan tinggi, dan ketahanan korosi temperatur tinggi diperlukan pengembangan baja nirkarat austenitik dan feritik secara berkesinambungan.

Oleh karena itu, Dani merancang, menyintesis, dan melakukan karakterisasi baja nirkarat maju dengan kandungan pemadu yang berbeda dengan komposisi yang ada di pasaran sekarang.

Dia juga menyampaikan kebutuhan bahan yang tahan temperatur tinggi dalam pengembangan reaktor nuklir untuk PLTN.

Menurut dia, reaktor generasi ke-4 mampu beroperasi pada temperatur maksimum yakni 500 sampai 1.100 derajat Celsius, karenanya memerlukan bahan baja nirkarat tahan temperatur tinggi.

"Reaktor generasi ke-4 ini membutuhkan bahan baja nirkarat tahan temperatur tinggi yang sampai saat ini penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapannya terus dikembangkan di Indonesia,” kata Dani.

"Peluang pemakaian baja nirkarat austenitik dan feritik semakin tinggi mengikuti perkembangan teknologi yang memerlukan komponen struktur tahan temperatur tinggi hingga 1.100 derajat Celsius," katanya.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa hasil riset mengenai baja nirkarat mendukung upaya untuk menyediakan substitusi dari bahan baku baja nirkarat impor untuk komponen industri transportasi, peralatan rumah tangga, dan PLTN.

Menurut Handoko, kehadiran industri pengolahan baja nirkarat di Indonesia akan mengurangi ketergantungan pada bahan impor serta mendukung pembangunan dan pengoperasian PLTN pada masa mendatang.

Baca juga:
Pemerintah diminta cermati kenaikan impor baja hingga 12,7 persen
BRIN kukuhkan tiga profesor riset

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021