Rugi besar, terutama bagi petani pemula. Sebab, harga bibit saat beli mahal, sedangkan pas panen anjlok
Madiun (ANTARA) - Sejumlah petani porang di Kabupaten Madiun, Jawa Timur mengharapkan adanya patokan harga dari pemerintah menyusul anjloknya harga panen umbi porang yang kini hanya berkisar Rp6.500 hingga Rp7.000 per kilogram.

"Harapannya ada patokan harga porang, baik bibit hingga panen," ujar salah satu petani porang asal Desa Klangon, Kecamatan Saradan di Madiun, Senin.

Menurut dia, harga umbi porang yang saat ini Rp6.500 per kilogram itu, tinggal setengahnya dari tahun lalu yang mencapai Rp13 ribu per kilogram. Kondisi tersebut membuat petani merugi.

"Rugi besar, terutama bagi petani pemula. Sebab, harga bibit saat beli mahal, sedangkan pas panen anjlok," kata dia.

Baca juga: Presiden terkesan melihat ribuan ton porang siap ekspor di Madiun


Pihaknya mengaku kaget dengan anjloknya harga panen komoditas ekspor andalan tersebut. Yakni, sampai 50 persen dari harga sebelumnya.

Karena itu, petani porang di Kecamatan Saradan memilih menunda panen porangnya di lahan sekitar 1.500 hektare.

"Semoga pemerintah bisa mencari solusi untuk patokan harga porang," tambahnya.

Seperti diketahui, porang telah menjadi komoditas primadona di Kabupaten Madiun untuk diekspor ke Jepang, China, dan sejumlah negara lainnya. Porang tersebut diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering, yang harganya sekitar Rp55.000 per kilogram. Selain itu juga dalam bentuk tepung porang yang nilai jualnya bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp150.000 per kilogram.


Baca juga: Mentan cicipi beras porang shirataki hasil produksi Madiun

Karena sangat ekonomis, banyak warga Kabupaten Madiun yang menanam porang. Hal itu terlihat dari tren kenaikan luas lahan selama lima tahun terakhir. Sesuai data Dinas Pertanian setempat, pada 2016 di Kabupaten Madiun  terdapat 1.484 hektare lahan porang. Setahun kemudian bertambah menjadi 1.536 hektare dan pada 2018 mencapai 1.568 hektare.

Pada 2019 luas lahan porang mengalami lonjakan drastis menjadi 3.465 hektare. Kemudian, tahun 2020 bertambah menjadi seluas 5.363 hektare, dan dimungkinkan terus bertambah.

Sentra budi daya porang juga telah dikembangkan di 10 kecamatan dari sebelumnya yang hanya beberapa kecamatan. Yakni, Kecamatan Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun.


Baca juga: Wamentan dorong pemda bentuk perusda hilirisasi produk pertanian

Baca juga: Pacu hilirisasi, Kemenperin dorong inovasi produk turunan porang




 

Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021