Jakarta (ANTARA) - Akademisi yang juga pendiri Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Ismid Hadad menyatakan penting bagi "civil society" atau kelompok masyarakat sipil untuk menumbuhkan peran kritis sebagai penyeimbang aktor negara.

"Penting bagi LP3ES dan 'civil society' lainnya untuk tumbuhkan kembali peran masyarakat sipil yang kritis dan berdaya sebagai penyeimbang aktor negara maupun swasta," kata Ismid dalam acara puncak peringatan 50 tahun LP3ES bertema “Sarasehan: Civil Society, Demokrasi, dan Masa Depan Bangsa” yang digelar virtual, Kamis.

Ismid menyatakan pentingnya peran masyarakat sipil tersebut agar demokrasi di Indonesia dapat berjalan lebih sehat, adil, dan mampu mencerdaskan kehidupan masyarakat.

Peringatan 50 tahun LP3ES merupakan refleksi mengenai peran kaum intelektual dan masyarakat sipil yang pernah mencapai puncak keemasannya pada periode 1980-an dan 1990-an sehingga melahirkan era reformasi, kata dia.

Baca juga: BPS sebut Indeks Demokrasi Indonesia di Papua 2020 turun tipis
Baca juga: Pengamat: Sikap keterbukaan Presiden bangun demokrasi tangguh
Baca juga: ELSAM: Perangkat pemerintah harus junjung demokrasi dan akuntabilitas


Dia juga menceritakan kembali bahwa kehadiran LP3ES pada tahun 1971 merupakan hasil dari dukungan dua unsur penting dari masyarakat sipil, yakni kelompok aktivis dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan dosen Angkatan 66 serta para akademisi dan intelektual lintas generasi dan lintas disiplin.

"(LP3ES) menjadi pendukung kritis Orde Baru saat itu," ujar Ismid

Aliansi dua unsur itu, lanjut dia, menerapkan suatu konsep atau model alternatif kebijakan pemerintahan untuk pembangunan sosial dan ekonomi yang lebih adil, merata, dan demokratis.

Ia menerangkan, pada periode awal LP3ES cukup berhasil membantu aspek penguatan peran masyarakat sipil. Namun, lambat laun peran itu semakin kalah cepat dalam melakukan konsolidasi dibandingkan dengan aktor negara maupun aktor swasta yang kemudian menjadi semakin kuat, di masa Orde Baru hingga saat ini.

Dia menyebut ketika era reformasi telah terwujud, terdapat aktor masyarakat sipil yang terjebak dalam situasi euforia demokrasi dan justru masuk ke dalam perangkap politik praktis.

Kendati demikian, Ismid melihat bahwa saat ini telah lahir generasi baru yang dapat menjalankan peran masyarakat sipil yang kritis untuk menjadi penyeimbang aktor negara dalam menjalankan pemerintahan.

"Saya jadi saksi hidup bahwa di tahun 2021 sudah lahir generasi muda baru yang tidak kalah baik dan kritisnya," kata Ismid.

Oleh karena itu, dia menaruh harapan bahwa masa depan demokrasi dan pembangunan Indonesia akan terus berlanjut dan sampai pada kemajuan.

Pewarta: Muhammad Jasuma Fadholi
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021