Saya juga berharap pada 2045 Indonesia sudah berketahanan iklim dan bisa survive sampai 2045.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Lingkungan Bank Dunia Andhyta F Utami berharap Indonesia menciptakan lebih banyak green jobs dan menggunakan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang rendah karbon.

“Saya juga berharap pada 2045 Indonesia sudah berketahanan iklim dan bisa survive sampai 2045,” kata Andhyta yang juga Co-founder Think Policy dalam webinar bertajuk “50 Tahun Nalar Ajar Terusan Budi” di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan Indonesia harus mulai berinvestasi pada infrastruktur untuk bertahan dari perubahan iklim sejak saat ini. Karena itu, industrialisasi untuk mendorong penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, diharapkan tidak mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) secara berlebihan.

Baca juga: Bappenas: Ekonomi hijau ciptakan pekerjaan dan investasi yang besar

Menurutnya, investasi tersebut diperlukan untuk menyelamatkan 42 juta orang yang tinggal di kota-kota pesisir di Indonesia dari potensi banjir akibat perubahan iklim.

“Saya berharap di 2045 Indonesia bisa neutral carbon. Kalau dari hari ini kita bisa berpindah ke solusi-solusi teknologi, solusi-solusi alam yang memungkinkan kita berproduksi dan berkonsumsi dengan lebih sustainable,” ucapnya.

Di samping itu, ia memandang pemerintah perlu mendorong lebih banyak masyarakat, terutama yang membutuhkan seperti masyarakat di pesisir, untuk dapat mengakses solusi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tersebut.

Baca juga: Indonesia tekankan pentingnya ekonomi sirkular di tengah pandemi

Andhya memandang perubahan ekonomi juga mesti dicapai dengan memperhatikan kesejahteraan manusia dan lingkungan hidup. Pasalnya, dalam 10 tahun terakhir, dampak perubahan iklim sudah semakin parah, hingga berujung pada kematian.

“Buat saya tidak lengkap dan tidak adil bahwa kita seolah hidup hanya dengan melihat ekonomi bertumbuh, hanya memikirkan bagaimana kita industilizing, bagaimana mendorong GDP untuk bisa lebih maju. Tanpa melihat kenyataan bahwa benacan alam dan iklim selama 10 tahun ke belakang dan mungkin lebih, sudah begitu parah,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya memperkirakan kebutuhan Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim atau mengurangi karbondioksida sampai 2030 mencapai Rp3.779 ttiliun. Menkeu mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah memiliki skema budget taging guna melakukan transparansi dan pemapanan anggaran perubahan iklim.

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021