Dengan keberadaan PLTA ini cadangan daya menjadi 847 megawatt (MW).
Jakarta (ANTARA) - PT Perusahaan Listrik Negara mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Malea untuk memperkuat suplai kelistrikan sekaligus meningkatkan realisasi bauran energi terbarukan di Sulawesi Selatan.

"Dengan keberadaan PLTA ini cadangan daya menjadi 847 megawatt (MW)," kata General Manager PT PLN Unit Induk Penyaluran dan Pembangkitan Sulawesi Munawwar Furqan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Munawwar menjelaskan pengoperasian PLTA Malea meningkatkan porsi bauran energi bersih dari sebelumnya hanya 651 MW atau 29,46 persen menjadi 740 MW atau 33,5 persen.

Baca juga: Kementerian ESDM punya delapan strategi pengembangan EBT

Menurutnya, Sulawesi memiliki potensi pengembangan energi terbarukan yang cukup besar, salah satunya air.

"Saat ini beban puncak sistem kelistrikan Sulbagsel mencapai 1.363 MW dengan daya mampu mencapai 2.210 MW," kata Munawwar.

PLTA Malea terletak di aliran Sungai Saddang di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Pembangkit tersebut menggunakan sistem pengambilan air run off river dengan bangunan utama berupa area pengambilan, area saluran penghantar, area tanki peredam, dan area gedung pembangkit.

Baca juga: PLN jamin listrik tak akan padam di KEK Mandalika

PLTA Malea merupakan salah satu proyek prioritas PLN pada 2021. Harga tarif listriknya sebesar Rp1.398,53 per kilowatt-hour (kWh).

Pembangkit itu memiliki dua unit mesin pembangkit yang masing-masing memiliki kapasitas 45 MW, sehingga total kapasitas mencapai 90 MW.

PLN memandang keberadaan PLTA Malea untuk memaksimalkan potensi energi air di Sulawesi Selatan yang sangat besar, bahkan paling besar di antara 34 provinsi lain.

Perseroan mencatat potensi energi di Sulawesi Selatan mencapai 1.409,9 MW dan dapat dikembangkan menjadi PLTA dan mikrohidro.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021