Surabaya (ANTARA) - Tim medis Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Kota Surabaya memastikan kondisi dua pasien COVID-19 yang terinfeksi varian India atau B1617.2 dalam kondisi stabil.

"Hari ini kami pantau kondisinya stabil dan sudah dilakukan monitoring khusus, termasuk berada di ruangan khusus," ujar Ketua Pelaksana Relawan Program Pendampingan Keluarga Pasien COVID-19 RSLI Radian Jadid di Surabaya, Selasa siang.

Pada Senin (14/6), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengonfirmasi terdapat tiga pasien kasus mutasi varian India setelah menerima hasil hasil uji genome sequencing yang dilakukan terhadap 24 sampel di "Institute Tropical Disease" (ITD) Universitas Airlangga Surabaya.

Dua dari tiga pasien dirawat intensif di RSLI Surabaya, sedangkan satu orang lainnya di rumah sakit di Bojonegoro.

Baca juga: Gubernur Jatim sampaikan tiga kasus COVID-19 varian India

Baca juga: Menkes: Varian India B1617.2 dominasi COVID19 Jakarta-Kudus-Bangkalan


Radian menjelaskan, CT Value ketiga pasien tersebut di bawah 18 dan seluruhnya berasal dari kluster Bangkalan, Madura.

Saat masuk menjalani perawatan, kondisi seorang pasien mengalami gejala ringan, batuk berdahak dan tanpa komorbid atau penyakit bawaan.

Sedangkan, satu orang lagi juga mengalami gejala ringan, demam dan disertai komorbid demam berdarah.

Kemudian, pasien yang dirawat di rumah sakit di Bojonegoro masuk tanpa gejala, serta tanpa komorbid.

"Pindah fasilitas kesehatan pada 12 Juni lalu karena dengan pertimbangan lebih dekat domisilinya," ucap dia.

Sementara itu, sebelumnya RSLI juga pernah menangani kasus COVID-19 varian baru, yakni B.117 (strain Inggris) dan B.1351 (strain Afrika Selatan) dari Pekerja Migran Indonesia pada Mei 2021.

Setelah dilakukan penanganan dan perawatan intensif, kedua pasien sudah dinyatakan sembuh dan kembali ke lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.

Di sisi lain, Penanggung Jawab RSLI Surabaya Laksma TNI dr. I Dewa Gede Nalendra, Sp.B, Sp.BTKV menyatakan bahwa di Indonesia kondisi kasus COVID-19 sudah mulai naik di sejumlah tempat.

Menurut dia, kasus-kasus seperti di Cilacap, Kudus, Lamongan, Ponorogo dan Bangkalan menjadikan masyarakat lebih waspada serta mawas diri.

"Kemungkinan munculnya COVID-19 dengan daya tular tinggi, daya serang cepat serta mengarah pada tingkat kematian maka semua pihak harus lebih berhati-hati, sigap dan tanggap pada kondisi yang ada," katanya.

Ia menegaskan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir, bahkan ada indikasi menuju serangan gelombang kedua sehingga semua pemangku kebijakan harus bahu-membahu mengatasinya.

"Edukasi harus tetap dijalankan. Kami minta peran masyarakat, berbagai kelompok, pemuka agama, tokoh masyarakat dan potensi yang ada di berbagai kalangan, termasuk media turut membantu menginformasikan," kata dr Nalendra.

"Dan yang tak kalah pentingnya adalah edukasi bagi masyarakat dalam memahami dan menanggulangi COVID-19," tutur dia menambahkan.*

Baca juga: Pokja Genetik UGM: Varian Delta dari India belum terdeteksi di DIY

Baca juga: Ganjar: Temuan varian COVID-19 India di Kudus yang pertama di Jateng

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021