"Kalau dulu, guru harus menyediakan fasilitas agar murid bisa belajar dengan nyaman, termasuk memberikan motivasi. Pada era pandemi ini tugas guru menyediakan lingkungan yang mampu memupuk kerinduan murid untuk selalu belajar..."
Bondowoso (ANTARA) - Pakar pendidikan dari Universitas Negeri Malang Prof Dr I Nyoman Sudana Degeng mengemukakan bahwa saat ini dunia pendidikan memasuki era baru yang menuntut peran guru juga berubah, yakni bagaimana guru mampu menciptakan lingkungan yang memupuk kerinduan semua siswa untuk terus belajar.

"Dulu kita mengenal bagaimana guru menjadi facilitate learning pada murid, kemudian berkembang guru menjadi make learning dan kini growht learning," katanya pada pelatihan nasional oleh Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMK Jawa Timur secara daring yang dipantau di Bondowoso, Jatim, Selasa.

Guru besar bidang teknologi pembelajaran itu menjelaskan bahwa fase-fase dari proses pembelajaran itu membawa dampak berbeda yang harus diketahui oleh para guru di era saat ini, terutama saat pandemi yang sudah mereka jalani selama setahun belakangan ini.

"Kalau di era facilitate learning, guru harus menjadwal proses pembelajaran, menyediakan sumber-sumber belajar atau buku, termasuk media pembelajarannya kemudian memberikan tugas-tugas pada murid, kini sudah berbeda. Pekerjaan guru seperti itu, ada di era 80-an dan 90-an," kata lulusan postdoctoral program pada Ohio State University dan studi komparasi Universitas Seoul, Korea Selatan ini.

Degeng mengemukakan bahwa pandemi COVID-19 ini telah banyak membawa perubahan dalam praktik pembalajaran, termasuk bagaimana guru mengelola proses belajar mengajar di sekolah.
Baca juga: Mendikbud : Peran guru semakin mulia di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Kemendikbud: Guru harus punya peran untuk imbangi kemajuan teknologi


"Kalau dulu, guru harus menyediakan fasilitas agar murid bisa belajar dengan nyaman, termasuk memberikan motivasi, pada era pandemi ini tugas guru menyediakan lingkungan yang mampu memupuk kerinduan murid untuk selalu belajar. Jika ini sudah dikerjakan oleh guru, maka tugas guru itu sudah selesai. Kontrol dalam proses belajar dalam fase seperti ini adalah siswa itu sendiri," katanya.

Dengan menempatkan posisi seperti itu, kata Degeng, maka kapan si anak belajar, dimana dia harus belajar dan dengan cara apa dia belajar, semuanya dibangun sendiri oleh si pembelajar, bukan lagi oleh guru.

"Maka jadilah guru yang menginspirasi bagi murid dalam belajar. Pada era ini mari kita identifikasi diri, mana yang banyak kita kerjakan saat ini sebagai guru? Kalau sudah indentifikasi, sekarang berhentilah mengajar dengan pola yang seperti dulu sering kita kerjakan. Guru harus berubah, lakukan apa yang tidak pernah kita kerjakan, tinggalkan yang dulu kerjakan, karena eranya sudah berbeda," katanya.

Degeng mengemukakan bahwa semua itu merupakan esensi dari revolusi mental yang harus dipahami dan dikerjakan oleh para guru dalam mengelola pembelajaran di masa-masa mendatang.

Sementara Ketua MGBK SMK Jatim Abdul Muis mengemukakan pelatihan online itu sendiri diikuti 640 guru dari berbagai seluruh di seluruh Indonesia.

"Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan konpetensi guru. Awalnya memang kami niatkan untuk guru BK SMK, tapi karena banyak yang berminat, maka kami buka untuk semua guru dan semua jenjang pendidikan dengan materi yang menyasar pada semua jenjang pendidikan. Bukan hanya guru namun para kepala sekolah, pengawas, dosen dan mahasiswa juga ikut bergabung" kata guru SMKN 4 Jember ini.

Ia menjelaskan bahwa pelatihan ini diselenggarakan juga dalam mempersiapkan para guru memasuki pembelajaran tatap muka terbatas setelah sekitar satu tahun mereka mengelola proses belajar mengajar secara daring, karena pandemi COVID-19.
Baca juga: Ketua Umum PGRI: Teknologi tidak bisa menggantikan guru
Baca juga: Akademisi: kemampuan guru harus bisa mengimbangi zaman

Pewarta: Masuki M. Astro
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021