semestinya guru dan peserta didik harus selesai divaksin
Makassar (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar meminta dan berharap agar pembukaan sekolah tatap muka tetap dipertimbangkan secara matang, meski para guru telah divaksin.

Ketua IDI Kota Makassar Dr dr Siswanto Wahab Sp.KK melalui keterangan resminya di Makassar, Selasa mengemukakan bahwa secara idealnya, persiapan pembukaan sekolah tidak hanya bertumpu pada vaksinasi guru, namun demikian pula pada peserta didik.

"Siapa yang mau bertanggung jawab jika anak-anak kena COVID-19, apalagi meninggal karena COVID-19. Semestinya guru dan peserta didik harus selesai divaksin baru boleh dikaji soal pembukaan sekolah tatap muka langsung," ujarnya.

Jika belum dilakukan, maka dr Siswanto menegaskan bahwa IDI Makassar tidak menyetujui kegiatan tatap muka yang digelar secara terbatas atau tidak terbatas.

Menurutnya, rangkaian proses interaksi ke sekolah sangat berpotensi besar menimbulkan penularan terhadap peserta didik mulai dari anak keluar sampai pulang ke rumah.

"Ada yang naik kendaraan umum, sampai di sekolah pasti ada fase interaksi di antara siswa ini rawan jika peserta didik belum divaksin," ujarnya.

Baca juga: Menkes: Presiden Jokowi ingin sekolah tatap muka maksimal 25 persen
Baca juga: Kota Bandung mulai uji coba pembelajaran tatap muka secara terbatas


Seluruh warga sekolah mulai guru, peserta didik dan staf sebagai bagian dari masyarakat memiliki risiko yang sama untuk tertular dan menularkan COVID-19, sehingga IDI berharap semua perangkat sekolah ikut divaksin.

Setelah vaksin, persoalan belum selesai. Pendidikan disiplin hidup bersih, sehat, penerapan protokol kesehatan 3M secara ketat seperti memakai masker, menjaga jarak dengan menghindari kerumunan mencuci tangan dari rumah hingga ke sekolah harus dipastikan.

Selain itu, mempersiapkan kebutuhan penunjang kesehatan anak seperti masker, bekal makanan dan air minum, pembersih tangan, hingga rencana transportasi harus steril dengan memastikan aman dari penularan COVID-19.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa logikanya orang dewasa saja masih kerapkali melanggar protap kesehatan atau protokol kesehatan COVID-19, terlebih peserta didik yang masih ingin bebas berinteraksi, seperti bermain, dan bercanda bersama temannya.

Baca juga: Bolehkah anak dengan penyakit komorbid belajar tatap muka di sekolah?
Baca juga: Tips aman saat anak kembali belajar tatap muka di sekolah


IDI Makassar menyarankan agar pemerintah fokus pada pencegahan Pengendalian COVID-19 dengan memperbanyak testing dan tracing untuk mencegah dan menurunkan yang terinfeksi virus corona, bergejala maupun tidak.

"Idealnya untuk Sulawesi Selatan 1.200-1.300 setiap hari pemeriksaan swab/PCR di luar pemeriksaan penderita positif COVID-19," ujarnya.

Lebih jauh dr Anto menyebutkan ada tiga poin penting dalam memperhatikan masa depan anak yakni hak anak hidup, hak anak sehat dan hak anak mendapatkan pendidikan.

Baca juga: Sultan HB X minta pembelajaran tatap muka disertai izin orang tua
Baca juga: Pembelajaran tatap muka terbatas serentak sulit dipaksakan

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021