Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Serangan hama tikus pada bibit-bibit tanaman padi petani di sejumlah wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur telah menyebabkan puluhan hektare sawah gagal tanam.

Seperti terlihat di areal persawahan Desa Ngranti, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Kamis, dimana banyak lahan persawahan yang dibiarkan terbengkalai, karena bibit padi yang dipersiapkan rusak dimakan kawanan hama tikus.

Kondisi itu membuat banyak petani merugi. Kendati telah dipasang aneka jebakan dan raun tikus, serangan hama tikus terus terjadi seakan tiada habisnya.

"Sudah diracun dan banyak yang mati juga. Namun serangan hama nyatanya masih terus terjadi," tutur Muyati, salah seorang petani di Desa Ngranti.

Tak hanya dipapan semai, tikus juga menyerang bibit yang sudah disiapkan di sawah untuk ditanam.

"Serangan merata di sawah-sawah petani daerah sini. Benih sudah disiapkan, tapi paginya sudah diacak-acak oleh tikus," tutur Mulyati.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah serangan hama tikus, mulai dengan membenamkan bibit yang akan ditanam ke dalam lumpur, hingga menyewa penembak senapan angin untuk memburu tikus.

Namun jumlah tikus di sawah sepertinya terlalu banyak. Kendati telah banyak yang dibunuh dengan jebakan raun maupun ditembak, tikus-tikus masih saja terus menyerang.

Tikus adalah binatang nocturnal yang aktif di malam hari. Mulyati mengaku menyewa dua penembak senapan angin untuk membunuh tikus itu.

Tikus ini pada malam hari biasanya sembunyi di sela batang padi.

"Kalau tidak ditembak begitu, benihnya akan habis sebelum didaut (dicabut dari papan semaian)," katanya.

Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Dinas Pertanian Tulungagung, Gatot Rahayu mengakui serangan hama tikus menjadi momok klasik yang dihadapi petani setiap kali memasuki musim tanam.

Ia menyarankan wabah ini dihadapi dengan melakukan upaya pengendalian. Pengendalian harus dilakukan secara serempak dan bersama-sama, dengan cara gropyokan.

“Mumpung ini belum tanam semuanya, digropyok bersama-sama. Lubangnya digembor dengan air, nanti tikusnya keluar langsung dibunuh,” terang Gatot. (*)

 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021