Yogyakarta (ANTARA) - Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) segera melakukan surveilans genom untuk melacak kemungkinan munculnya virus SARS-CoV-2 varian baru di Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Pemeriksaan whole genom sequencing (WGS) mungkin baru bisa pekan depan untuk DIY," kata Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM dr Gunadi saat dihubungi di Yogyakarta, Selasa.

Pokja Genetik UGM, kata Gunadi, telah mendapatkan laporan dari sejumlah otoritas kesehatan, termasuk Dinkes DIY mengenai temuan kasus COVID-19 yang memenuhi kriteria untuk diprioritaskan dilakukan WGS.

Ia menyebut ada enam kriteria yang ditentukan Kemenkes, antara lain kasus penularan COVID-19 terjadi secara cepat, orang terinfeksi meski sudah divaksinasi, penularan pada kelompok tidak rentan seperti anak-anak, orang yang baru mendarat dari luar negeri, munculnya kasus reinfeksi, serta kasus kematian COVID-19 dengan komorbid penyakit menular lain seperti HIV.

Baca juga: Pokja Genetik UGM berharap varian corona B1617 jadi perhatian bersama

Baca juga: Epidemiolog UGM sebut hasil tes acak pemudik belum bisa jadi rujukan


"Sudah ada kriteria WHO yang diadopsi Kemenkes yang menjadi prioritas untuk di-surveilans genomik guna menangkap kemungkinan DIY ada varian baru," kata dia.

Kendati demikian, menurut dia, saat ini Pokja Genetik UGM masih fokus membantu Balitbangkes Kemenkes melakukan pemeriksaan genomik terhadap sampel tenaga kesehatan di RSUD Cilacap, Jawa Tengah, yang tertular COVID-19 dari ABK Filipina.

Dari 12 sampel yang ditangani Pokja UGM, diperkirakan hasilnya baru muncul sepekan kemudian.

"Kami bantu Balitbangkes karena kalau semua ke Jakarta, kejauhan, oleh Kemenkes dibagi supaya lebih cepat hasilnya," kata dia.

Dengan demikian, ia memastikan bahwa hingga saat ini belum terdeteksi virus SARS-CoV-2 varian baru di DIY karena belum ada pemeriksaan genomik.

"Salah satu pejabat di Sleman mengatakan mungkin sudah ada (varian baru) tapi beliau mengatakan belum tahu karena belum dilakukan genom squencing artinya beliau masih berhipotesis karena kan langsung banyak kematian," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo menduga virus corona varian baru sudah masuk Sleman. Salah satu indikasinya adalah lonjakan kasus kematian akibat Covid-19 di Sleman.

Gunadi menyebut dari 1.171 sampel virus corona hasil WGS yang dikirimkan Indonesia kepada platform data virus influenza internasional (GISAID) hingga 25 Mei 2021, sebanyak 45 sampel mengandung varian baru yang terdiri atas 16 varian Inggris, 27 varian India, dan 2 varian Afrika Selatan.

Ia menegaskan dari 45 sampel itu, tidak ada yang dari DIY. "Belum terdeteksi bukan berarti tidak ada karena belum dilakukan whole genom sequencing," ujar Gunadi lagi.*

Baca juga: Epidemiolog: Masyarakat harus disiplin prokes meski sudah divaksin

Baca juga: UGM pastikan GeNose mampu deteksi infeksi COVID-19 varian baru

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021