Bandarlampung (ANTARA) - Mudik yang dalam kbbi.we.id salah satunya disebutkan pulang ke kampung halaman, menjadi rutinitas sebagian masyarakat Indonesia di perantauan kala menjelang Lebaran.

Sudah dua Lebaran saat pandemi COVID-19 melanda negeri ini, pemerintah "melarang" warganya pulang kampung atau sebaliknya ke kota karena ada yang keluarga atau orang tuanya di kota.

Larangan tersebut bukan tidak ada alasan. Pemerintah ingin melindungi warganya dari sebaran COVID-19 yang hingga kini belum jelas kapan akan berakhir, ditambah dengan munculnya varian baru.

Pemerintah sudah menjelaskan, kemungkinan mereka yang mudik dan mayoritas usia muda dalam kondisi nampak sehat, yang bisa saja menjadi carier COVID-19 yang tak bergejala atau orang tanpa gejala.

Dan, ketika tiba di kampung halaman atau tempat keluarganya yang terdapat orang tua dan anak-anak, bisa saja menularkan virus itu kepada mereka.

Tahun ini, pemerintah sudah menetapkan larangan mudik ataupun perjalanan ke luar wilayah mulai tanggal 6 Mei hingga 17 Mei 2021.

Kenyataannya, ada sebagian warga memanfaatkan waktu sebelum tanggal tersebut untuk melakukan perjalanan ke kampung halamannya.

Sebagai contoh, PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Bakauheni Lampung mencatat sebanyak 38.414 pemudik turun di tempat itu dari Pelabuhan Merak Banten menjelang pelarangan mudik mulai Kamis (6/5).

Humas PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Bakauheni Lampung, Syaifullahil Maslul, mengatakan dari 38.414 penumpang itu, sebanyak 35.758 orang merupakan penumpang dalam kendaraan, baik roda dua, empat dan bus.

Sementara untuk pemudik pejalan kaki, tercatat sebanyak 2.656 orang yang turun di Pelabuhan Bakauheni.

Dia mengatakan bahwa dua hari menjelang pelarangan mudik Lebaran 2021, memang terjadi peningkatan penumpang dibandingkan hari-hari sebelumnya meski hal itu masih tergolong normal.

Pada Sabtu (1/5), jumlah pemudik yang turun di Pelabuhan Bakauheni, baik pejalan kaki maupun dalam kendaraan, berjumlah 38.201 orang, dengan rincian penumpang dalam kendaraan berjumlah 35.901 dan pejalan kaki 2.300.

Kemudian, Ahad (2/5) pemudik yang tiba di Bakauheni sebanyak 34.338 dimana 32.072 merupakan penumpang dalam kendaraan dan 2.266 lainnya pejalan kaki, pada Senin (3/4) tercatat 37, 327 dengan penumpang dalam kendaraan berjumlah 34.989 dan 2.248 merupakan pejalan kaki.

Sedangkan pemudik yang berangkat dari Pelabuhan Bakauheni menuju Pelabuhan Merak mengalami penurunan dibandingkan hari-hari sebelumnya ,yakni sebanyak 17.376 terbagi dari pejalan kaki 716 dan dalam kendaraan 16.660.

Sebelumnya pada Sabtu (1/5), jumlah penumpang yang naik dari Bakauheni ke Merak mencapai 21.429 orang, kemudian Ahad sebanyak 24.618 pemudik, dan Senin terdapat 22.203 penumpang.

Baca juga: Larangan mudik, Tol Layang MBZ ditutup mulai 6 Mei pukul 00.00 WIB

Baca juga: Doni Monardo: Disiplin protokol kesehatan harus komunal dan kolektif


Ketegasan kepala daerah

Kepala Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Munardo mengingatkan semua kepala daerah agar satu narasi dengan pemerintah pusat terkait larangan mudik agar pesan yang sampai ke masyarakat dalam mencegah lonjakan COVID-19 tidak membingungkan.

Tidak boleh ada pejabat manapun berbeda dari narasi pusat, negara kita sedang perang melawan COVID-19, kata Doni Munardo saat rapat monitoring bersama Forkopimda Sumatera Selatan di Palembang, Rabu (5/5).

Ia menegaskan larangan mudik merupakan keputusan politik negara yang dipertimbangkan atas data perkembangan COVID-19 sehingga semua kepala daerah diminta tidak keluar dari arahan Presiden Joko Widodo.

Penanganan COVID-19 membutuhkan kekompakan sampai ke tingkat kelurahan dan desa, adanya larangan mudik dimaksudkan untuk mengontrol agar kasus COVID-19 pasca-Lebaran tetap terkendali meski mungkin mengalami lonjakan.

Kepala daerah seharusnya menyampaikan kepada masyarakat jika faktor utama penularan COVID-19 terjadi antarmanusia, sehingga semua masyarakat yang nekad melakukan mudik dianggap tetap memiliki potensi menyebarkannya.

Walaupun bawa dokumen negatif COVID-19, ujar Doni, bisa saja seseorang itu terpapar di jalan, kemudian bertemu orang tua dan keluarga cipika-cipiki, lalu ternyata orang tuanya terpapar sementara di kampungnya belum ada faskes yang memadai.

Meski sebagian kalangan sudah mendapatkan vaksin, menurut Doni, hal tersebut belum bisa dijadikan andalan karena kunci utama menekan kasus COVID-19 tetap mengandalkan protokol kesehatan.

Doni menegaskan narasi larangan mudik dan larangan-larangan lainnya terkait antisipasi Lebaran bukan untuk menakuti masyarakat, namun masyarakat harus belajar dari lonjakan kasus positif pasca-Lebaran tahun 2020.

Kepala daerah terus tingkatkan literasi ancaman COVID-19, karena masih ada 17 persen masyarakat yang sampai saat ini tidak percaya COVID-19, tegasnya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Lampung mengawasi penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 dalam penyelenggaraan pelayanan transportasi menjelang Lebaran.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menjelaskan, menjelang libur Lebaran, meski mudik resmi dilarang oleh pemerintah, namun pihaknya harus tetap melakukan pengawasan dan pengendalian, sebab ini merupakan budaya yang telah mengakar di masyarakat.

Gubernur meminta pengelola pelayanan transportasi membantu pengawasan penerapan protokol kesehatan guna mencegah peningkatan penularan virus corona akibat peningkatan mobilitas warga selama masa mudik Lebaran.

Langkah pengendalian ini dilakukan dengan cara menerapkan dan memperketat protokol kesehatan, jarak duduk antarpenumpang harus diperhatikan, bila ada yang tidak mematuhi maka akan diberi peringatan.

Arinal juga menekankan pentingnya peningkatan intensitas pengawasan penerapan protokol kesehatan selama masa larangan mudik dari 6 sampai 17 Mei 2021.

Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat yang dari luar Lampung, menjelang larangan mudik harus dipantau dengan baik, katanya.

Arinal menjelaskan, Lampung masuk dalam 10 provinsi dengan peningkatan kasus COVID-19 cukup besar, sehingga jangan lengah terapkan protokol kesehatan, terutama di simpul transportasi.

Terkait bagi warga yang mematuhi anjuran pemerintah untuk tidak mudik, tak dipungkiri akan ada dampak secara psikologis.

Psikolog dari Universitas Lampung Dian Utaminingsih, S.PSi, MA., Psikolog mengatakan pelarangan mudik memberikan berbagai dampak psikologis ke warga namun dukungan keluarga menjadi kunci utama membuat situasi dan kondisi lebih baik.

Dukungan faktor lingkungan--yang di dalamnya pun terdapat keluarga, merupakan salah satu hal yang bisa membuat situasi menjadi lebih baik sehingga masyarakat bisa memaknai Idul Fitri secara utuh walaupun kehilangan momen mudik.

Dia menjelaskan, pelarangan mudik yang diterapkan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona memberikan berbagai dampak psikologis di kalangan masyarakat.

Pada sebagian masyarakat, lanjut dia hal ini tentunya menjadi sebuah dilema, karena tahun 2020 mereka juga tidak bisa melaksanakan mudik.

Mengapa demikian? lanjut dia, dapat dipahami bahwa tradisi mudik menjadi budaya yang dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat kita. Budaya mudik sebagai sebuah momentum saling berkunjung dan melepaskan rindu tidak hanya kepada keluarga tetapi juga menikmati suasana lingkungan yang berbeda.

Pelarangan mudik tahun ini pun menimbulkan kondisi "kecewa", namun di sisi lain mereka juga berusaha memahami aturan yang dibuat oleh pemerintah. Dengan kondisi ini antara real condition yang dihadapi dan ideal condition yang diinginkan maka membuat masyarakat mau tidak mau melakukan bergaining position terhadap keadaan.

Diah menjelaskan seiring dengan kemajuan teknologi maka banyak cara yang bisa dilakukan sebagai ajang silaturahim. Misalnya, dengan menggunakan video call, tidak hanya telepon. Atau jika memungkinkan bisa melakukan zoom bersama-sama dengan anggota keluarga besar.

Ia juga menjelaskan, kejenuhan pasti dirasakan tidak hanya oleh individu dewasa tetapi juga oleh anak-anak. Sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam keluarga dengan melakukan kegiatan bersama-sama atau membuat sebuah kegiatan dimana melibatkan seluruh anggota keluarga merupakan salah satu alternatif untuk membuat suasana menjadi berbeda

Orang tua memegang peranan yang sangat penting untuk memberikan informasi kepada anak-anak serta menciptakan mind yang positif, emosi yang bahagia dan memaknai bahwa Idul Fitri tidak selalu identik dengan mudik, kata dia.

Ayo, bagi yang tidak mudik, nikmati suasana yang berbeda dengan tetap membuat keluarga bahagia, sementara yang sudah "terlanjur" kumpul keluarga tetap menjalankan protokol kesehatan agar keluarga pun terhindar dari paparan virus corona.*

Baca juga: Jakarta Timur siagakan dua pos "checkpoint" di masa pelarangan mudik

Baca juga: Satgas COVID-19 ingatkan kepala daerah satu narasi soal larangan mudik

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021