Jakarta (ANTARA) -
Renault Samsung Motors Corp, unit Korea Selatan dari Renault S.A., mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya telah menutup sementara pabrik karena serikat pekerja terus mogok untuk kenaikan gaji di tengah pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.
 
Dilansir Kantor Berita Yonhap, Selasa, Renault Samsung menutup satu-satunya pabrik mereka di Busan pada Selasa karena serikat pekerja yang beranggotakan 1.900 orang itu memperpanjang pemogokan selama tiga hari kerja berturut-turut dari hari Jumat, seorang juru bicara perusahaan mengatakan melalui telepon.
 
Serikat pekerja tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
 
Serikat pekerja dan manajemen telah mengadakan sembilan kali negosiasi upah tetapi gagal mempersempit perbedaan mereka mengenai upah dan kondisi kerja untuk tahun 2020.
 
Dari Januari hingga April, penjualan Renault Samsung turun 24 persen menjadi 31.412 kendaraan dari 41.477 unit pada periode yang sama tahun lalu karena kurangnya model baru.
 
Dalam sebuah pesan yang dikirim ke karyawan pada bulan Februari, Chief Executive Officer Renault Samsung Dominique Signora mengatakan restrukturisasi akan menjadi tak terelakkan untuk kelangsungan hidup perusahaan di tengah pandemi berkepanjangan dan permintaan yang lebih rendah untuk modelnya.
 
"Ada kebutuhan mendesak untuk memangkas biaya (melalui restrukturisasi) untuk mengatasi krisis ini karena penjualan kendaraan perusahaan secara keseluruhan turun ke level terendah dalam 16 tahun sejak 2004," ucap Signora.

Baca juga: Renault Samsung lanjutkan produksi SUV XM3
 
"Secara khusus, ekspor anjlok hampir 80 persen tahun lalu dibandingkan dengan sebelumnya karena penghentian produksi Nissan Rogue SUV pada bulan Maret, "sambung CEO tersebut.
 
Pabrik perakitan mobil di bawah Renault Group diharuskan untuk memangkas biaya produksi lebih lanjut guna mengamankan kendaraan baru untuk produksi dan volume tambahan untuk penjualan agar dapat bertahan di tengah pandemi dan perubahan paradigma dalam industri otomotif, katanya.
 
Pemogokan itu mempersulit perusahaan untuk mengamankan volume produksi lebih lanjut dari kendaraan utilitas sport XM3 untuk diekspor ke Eropa, kata juru bicara itu.
 
Pada Januari, Renault Samsung memasuki manajemen darurat setelah melaporkan kerugian operasi sebesar 70 miliar won pada 2019 untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.
 
Mereka mengumumkan rencananya untuk memotong jumlah eksekutif sebanyak 40 persen dan gaji mereka sebesar 20 persen. Mereka juga menawarkan program pensiun sukarela untuk semua karyawan.
 
Adapun jajaran mobil penumpang saat ini mencakup sedan SM3 Z.E, sedan SM6, SUV XM3, dan SUV QM6.

Baca juga: Renault Samsung pangkas gaji para eksekutif karena "kondisi darurat"

Baca juga: Penjualan Renault Samsung ambruk di Desember 2020

Baca juga: Penjualan sepi, Renault Samsung liburkan pabrik 4 hari
Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021