Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meluncurkan pusat informasi Papua, yang bisa dijadikan sebagai sumber basis data dalam penyusunan kebijakan dan program pembangunan wilayah.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko pada acara diskusi dan peluncuran situs web dokumentasi Papua yang digelar virtual di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa pusat informasi Papua merupakan bagian dari komitmen lembaga dalam mendokumentasikan data ilmiah mengenai Papua.

Menurut Handoko, yang sebelumnya memimpin LIPI, data-data ilmiah mengenai Papua tidak hanya bermanfaat untuk pengembangan keilmuan tapi juga bisa digunakan sebagai dasar dalam proses penyusunan kebijakan dan program pembangunan wilayah.

Peneliti LIPI telah selama 40 tahun melakukan kegiatan ilmiah di Papua dan penelitian ilmiah mengenai Papua sampai sekarang masih berlangsung.

Sekitar 200 peneliti terlibat dalam lebih dari 150 kegiatan ilmiah LIPI di Tanah Papua. Hasil dari penelitian ​​​​yang mencakup berbagai disiplin ilmu tersebut didokumentasikan secara baik dan dapat diakses oleh publik melalui laman pusat informasi Papua yang dikelola oleh Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah LIPI.

Karya-karya akademik tentang Papua di pusat informasi Papua antara lain mencakup persoalan bahasa, lingkungan, maritim, adat, botani, pembangunan, pendidikan, kesehatan, otonomi khusus, politik, dan konflik separatisme. 

Data hasil riset ilmiah tersebut bisa digunakan dalam proses pengambilan kebijakan berbasis data dan pengetahuan serta penyusunan program pembangunan Papua secara umum.

"Data-data yang dikumpulkan di repositori ilmiah nasional ini tentu kita tidak ingin menjadi informasi statis, tetapi harus memiliki makna strategis yang terkait dengan Papua untuk menunjukkan pada dunia akan perhatian dan upaya Indonesia pada kemajuan Papua yang sangat besar bahkan sejak awal," kata Handoko.

Baca juga:
Polda Papua Barat perketat pengawasan selama masa larangan mudik
MPR apresiasi langkah cepat TNI-Polri tumpas teroris di Papua

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021