Pertumbuhan nilai investasi komoditas organik di dunia diprediksi akan terus meningkat mencapai 327,60 juta dolar AS pada 2022
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan menggandeng Aliansi Organis Indonesia dan Yayasan Bina Swadaya bersinergi mengembangkan pangsa ekspor produk organik Indonesia, yang diwujudkan dalam penandatanganan kesepakatan bersama di Kantor Kemendag, Jakarta.

"Sinergi ini merupakan bentuk komitmen kami membawa pertanian organik Indonesia ke arah yang lebih maju. Melalui kerja sama ini, juga akan dilakukan berbagai upaya pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) ekspor di bidang produk organik," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Kasan lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.

Upaya tersebut antara lain melalui kegiatan promosi perdagangan, pengembangan produk dan desain, pendidikan dan pelatihan ekspor, serta penguatan jejaring dengan pemangku kepentingan.

Kerja sama itu merupakan bentuk dorongan bagi semua pihak agar dapat lebih melihat produk organik sebagai komoditas perdagangan strategis Indonesia.

Penandatanganan kerja sama dilakukan Direktur Jenderal PEN Kasan, Ketua Aliansi Organis Indonesia Emilia Tri Setyowati, dan Ketua Yayasan Bina Swadaya Bayu Krisnamurthi.

Lewat kerja sama tersebut, Kemendag menggandeng Aliansi Organis Indonesia, sebuah organisasi yang memberikan penjaminan mutu dan kualitas produk serta proses pertanian organik terhadap produsen dan konsumen.

Selain itu, Kemendag juga menggandeng Yayasan Bina Swadaya yang aktif mengembangkan kegiatan kewirausahaan sosial bersama komunitas dan masyarakat yang berfokus pada pertanian secara luas.

Kasan berharap kerja sama itu dapat lebih mendorong peran para petani dan pelaku usaha produk organik Indonesia dalam meningkatkan ekspor nasional.

"Pemerintah memiliki komitmen besar untuk bersama-sama dengan mitra strategis dapat mengimplementasikan butir-butir cakupan kerja sama sesuai dengan tugas dan fungsi masing- masing, sehingga mampu meningkatkan ekspor nasional yang berdaya saing," pungkas Kasan.

Baca juga: Kemendag ungkap lima strategi dongkrak ekspor nasional

Berdasarkan data Euromonitor, pangsa pasar produk organik yang cukup besar terdapat di beberapa negara. Di antaranya Tiongkok (3,6 milliar dolar AS), Amerika Serikat (18,5 milliar dolar AS), India (63,4 juta dolar AS), dan Jerman (4,6 miliar dolar AS).

Saat ini, Indonesia hanya memasok sekitar 0,4 persen dari total kebutuhan dunia. Dengan jumlah produsen produk organik sebanyak 17.948 pelaku usaha dan dengan total lahan seluas 208 ribu hektare, produk organik Indonesia seharusnya dapat menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekspor nasional.

Pertumbuhan nilai investasi komoditas organik di dunia diprediksi akan terus meningkat mencapai 327,60 juta dolar AS pada 2022, yang sebelumnya 115,98 juta dolar AS pada 2015, atau akan mengalami peningkatan compound annual growth rate sebesar 16,4 persen.

Tren pertumbuhan produk organik ini turut didukung oleh pameran-pameran khusus produk organik di seluruh dunia.

Kasan menambahkan potensi produk organik Indonesia harus didukung strategi produksi dan pemasaran yang tepat. Ada tiga tujuan dan hasil yang ingin dicapai dari kerja sama ini.

Pertama, menciptakan eksportir handal produk pertanian organik yang tidak terbatas pada perusahaan saja, namun juga berbentuk kelompok tani maupun penjual.

Kedua, meningkatkan nilai tambah bagi para petani. Hal itu dengan membuat ekspor produk pertanian organik dapat langsung dilakukan dari kelompok tani.

Ketiga, menciptakan pemahaman bahwa volume ekspor tidak selalu harus dilakukan dalam jumlah besar.

Baca juga: Kemendag bantu sertifikasi halal untuk UKM ekspor
Baca juga: Kemendag bidik peningkatan ekspor RI ke Tiongkok


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021