Ini tempatnya asri, indah, baik dan banyak sekali jenis tanamannya
Jakarta (ANTARA) - Tak sedikit orang memandang Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta semata-mata adalah hamparan metropolitan dengan gedung-gedung pencakar langit.

Pemahaman seperti itu tidaklah salah karena kenyataan memang sejauh mata memandang, gedung-gedung menjulang tinggi mewarnai wajah kota metropolitan ini.

Ke depan diperkirakan semakin banyak saja seiring dengan terus berkembangnya kota.

Namun di tengah daya tumbuh kota yang identik dengan bangunan-bangunan kokoh dari beton, masih tersisa wajah lain. Yakni adanya taman-taman kota, ruang terbuka hijau (RTH), bahkan lahan perkebunan dan pertanian.

Kawasan Agro Eduwisata Kamal Muara, Jakarta Utara, adalah lokasi pengembangan perkebunan dan pertanian yang menarik untuk dikunjungi warga. Beragam bibit tanam dan buah-buahan segar dihasilkan dari lahan seluas 3,6 hektare tersebut.

Lokasi ini awalnya (tahun 1990) adalah kebun bibit aneka tanaman buah-buahan. Mulai 2004 sudah masuk dalam aset kelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Suharini Eliawari menjelaskan hadirnya objek wisata.

Baca juga: Wagub ajak warga DKI kunjungi Kebun Bibit Kamal Muara

Revitalisasi Kebun Bibit Kamal Muara dilakukan pada 2020. Berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian maka kini jadi kawasan Agro Eduwisata.

Sejak saat itu, kawasan Kebun Bibit Kamal Muara juga menyediakan sarana pelatihan dan pendidikan mengenai pembibitan serta wahana ekoturisme yang menarik bagi pengunjung.

Di sini yang istimewa, kalau panen enggak tinggi-tinggi. "Jadi bisa langsung saja (memetik), tidak usah pakai alat (panjat) apapun," kata Eli.
 
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria dan istri memanen kacang panjang di kawasan Agro Eduwisata Kamal Muara, Jakarta Utara, Minggu (28/3/2021).ANTARA/Abdu Faisal.

Buah Naga
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengelola Kebun Bibit Kamal Muara, Hadi Turanto mengatakan tanaman yang dikembangkan sebagai ikon kebun adalah buah naga.

Adapun luas lahan yang ditanami buah naga kurang lebih 5.000 meter persegi (m2) dengan jumlah pohon kurang lebih 620 pohon.

Bibit-bibit tanaman buah naga tersebut berasal dari Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Ada buah naga (varian) merah dan putih yang tertanam masing-masing kurang lebih 300 tiang tanam.

Selain itu ada pula lahan yang ditanami pohon induk berbagai varian buah-buahan lainnya seperti sukun dan apel, dengan luas lahan kurang lebih 5.000 meter persegi. Sayuran (kacang panjang, cengkir, kangkung dan lain-lain) untuk pembibitan kurang lebih 4.000 meter persegi.

Baca juga: Agro Eduwisata Ragunan di Jakarta Selatan resmi diluncurkan

Tanaman biofarmaka (seperti tanaman kumis kucing dan lidah buaya) untuk pembibitan juga kurang lebih 2.000 meter persegi. Sisa lahan nya berupa empang.

Jika ditotal, kawasan Agro Eduwisata Kamal Muara memiliki 230 lebih jenis varian tanaman. Banyak kan?

Warga dan anak-anak sangat cocok berkunjung ke lokasi Agro Eduwisata Kamal Muara. Apalagi pengelola akan memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai pembibitan tanaman, mulai dari pencampuran media tanam maupun pencangkokan tanamannya.

Pengelola juga sudah menerapkan teknologi pengecekan melalui kode bar untuk memudahkan pengunjung mengenali tanaman yang ada di setiap lahan.

​​​​​Jika kode bar itu didekatkan ke kamera ponsel, maka pengunjung akan diarahkan langsung masuk ke situs yang memuat nama jenis tanaman, nama Latin maupun kegunaan tanaman tersebut bagi kesehatan.

Panen
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria bersama istrinya, Ellisa Sumarlin, mengunjungi kawasan Agro Eduwisata tersebut pada Ahad (27/3).

Riza dan istri menyusuri lokasi Agro Eduwisata tersebut sembari memetik buah naga merah dan sukun. Mereka yang mengenakan caping sekaligus memetik sayur-mayur, seperti kacang panjang dan kangkung.

Baca juga: Menikmati kesejukan di Agroeduwisata Ragunan

"Ini tempatnya asri, indah, baik dan banyak sekali jenis tanamannya," kata Riza.

Namun panen dari kebun ini jumlahnya masih terbatas sehingga tidak dijual. Hanya dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar, bagi petugas Penyedia Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) dan sebagainya.

Dia mempersilahkan warga untuk hadir ke sini dengan terlebih dahulu mengisi formulir pendaftaran secara daring (online). Yang tak kalah penting adalah tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) selama di lokasi ini.

Di tengah pesatnya perkembangan yang menyebabkan semakin terjepitnya lahan untuk budidaya pertanian, Jakarta masih mampu menghadirkan objek kunjungan untuk menyegarkan pemandangan.

Hadirnya Agro Eduwisata Kamal Muara ini menumbuhkan optimisme dengan produktivitas lahan pertanian di DKI Jakarta. Di tengah pertambahan gedung-gedung pencakar langit, Jakarta masih memiliki luas lahan pertanian kurang lebih 450 hektare.

Lahan seluas itu tersebar di beberapa lokasi, seperti Rorotan (Jakarta Utara) dan Bojong Menteng, Cakung (Jakarta Timur). Lahan tersebut sepanjang tahun menghasilkan aneka bahan pangan.

Untuk menjaga kesinambungan produktivitas lahan tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menyiapkan bibit tanaman mulai dari padi, buah-buahan dan sayuran. Bahkan bibit bunga untuk ditanam di lahan-lahan yang masih produktif.
 
Pekerja menyelesaikan pembangunan kawasan Agro EdukasiÊWisata Ragunan di Jakarta, Senin (14/12/2020). Pemerintah Kota Jakarta Selatan mendirikan Agro Edukasi Wisata Ragunan sebagai tempat percontohan pertanian perkotaan untuk pusat edukasi bagi warga Ibu Kota yang rencananya dibuka untuk umum pada 15 Desember 2020. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.

Baca juga: Jakarta Selatan dirikan pusat edukasi percontohan pertanian perkotaan

Semua daya dan upaya dilakukan agar lahan pertanian yang masih tersisa di Ibu Kota bisa menghasilkan komoditas pangan.

Pengelolaan dilakukan sebaik mungkin agar selain menghasilkan juga menjadi daya tarik untuk dikunjungi warga.

Kalau lahan di Jakarta yang tidak terlalu luas bisa disulap agar menghasilkan bahan pangan, daerah lain yang memiliki potensi agaknya bisa pula mengikuti jejaknya. Tujuannya tentu agar terwujud keanekaragaman bahan pangan dari daerah sendiri.

Keanekaragaman itu juga baik untuk memperkuat ketahanan pangan. Jika tidak oleh instansi pemerintah, maka partisipasi warga dan komunitas warga bisa didorong dan diberi peluang untuk melakukannya.

Tak sedikit yang sudah melakukan dan berhasil. Ke depan dimungkinkan untuk terus
berkembang.

Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021