Banyak alumni petani Kabupaten Lebak yang magang di negeri "Matahari Terbit" itu berhasil, di antaranya Rohmat (40) petani asal Kecamatan Sobang, yang mengembangkan gula semut dan kopi hingga bisa ekspor ke luar negeri
Lebak, Banten (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten siap memberangkatkan sebanyak 25 petani milenial yang memenuhi seleksi untuk magang ke Jepang selama tiga tahun.

Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar di Lebak, Selasa, mengatakan bahwa petani milenial yang siap diberangkatkan itu berdasarkan hasil seleksi yang melibatkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian.

Ia mengatakan peserta yang lulus masuk seleksi itu tercatat 25 dari 50 petani milenial dan mereka dibiayai oleh Kementerian Pertanian.

Tujuan petani milenial magang ke negeri "Sakura" itu agar mereka setelah pulang ke Tanah Air dapat menularkan sumber daya manusia (SDM)-nya ke kelompok-kelompok tani, karena pertanian di Jepang itu memiliki keunggulan di bidang teknologi, kedisiplinan, kemandirian dan manajemen kewirausahaan.

Bahkan, banyak alumni petani Kabupaten Lebak yang magang di negeri "Matahari Terbit" itu berhasil, di antaranya Rohmat (40) petani asal Kecamatan Sobang, yang mengembangkan gula semut dan kopi hingga bisa ekspor ke luar negeri.

Selain itu juga Herman (35), seorang petani asal Kecamatan Sajira yang mengembangkan usaha peternakan unggas petelur.

Produksi peternakan unggas petelur tersebut bisa memenuhi pasar Tangerang dan DKI Jakarta.

"Kami berharap petani milenial yang magang ke Jepang bisa menyumbangkan SDM-nya kepada kelompok tani guna menggenjot produksi pangan dan peningkatan usaha ekonomi," kata Deni Iskandar.

Sementara itu, Diding, seorang petani milenial mengatakan dirinya merasa senang bisa lulus mengikuti seleksi untuk magang pertanian ke Jepang.

Selama ini, kata dia, pengembangan pertanian di Jepang itu memiliki sistem klaster unggulan per wilayah dengan aneka produk pertanian buah-buahan, sayur-sayuran dan pangan.

Pengembangan sistem klaster itu, kata dia, bisa dikembangkan di Tanah Air.

"Kami optimistis ilmu pertanian selama magang di Jepang nanti bisa diterapkan di kelompok-kelompok tani di Lebak," demikian Diding.

Baca juga: Dukung regenerasi, Kementan targetkan cetak 2,5 juta petani milenial

Baca juga: Petani terapkan teknologi SRI dongkrak produksi pangan

Baca juga: Petani Lebak dirikan desa wisata durian

Baca juga: Petani jamur tiram Lebak untung Rp300-Rp400 ribu per hari

 

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021