Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memulai langkah susur sungai dan survei udara, guna melihat kondisi lokasi warga terdampak bencana Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan langkah prokatif awal susur sungai tersebut guna melihat material yang dapat menghambat aliran air di pemukiman warga, yang menyebabkan banjir bandang.

"Manakala pada saat kegiatan susur sungai ini dilakukan, dan menemukan adanya material yang menghambat di hulu, untuk dilakukan langkah-langkah berikutnya," ujar Doni dalam konferensi pers virtual yang dipantau dari Jakarta, Sabtu.

Doni mengatakan kegiatan susur sungai akan mengajak para profesional seperti kalangan pecinta alam, Basarnas, serta TNI/Polri dan unsur masyarakat lainnya.

Kemudian untuk di Pulau Alor, Lembata dan Adonara, BNPB bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan menggunakan helikopter untuk survei udara di daerah-daerah tersebut.

Nantinya, hasil pengamatan tersebut akan menjadi dasar kebijakan untuk menentukan relokasi perumahan warga terdampak bencana sesegera mungkin.

"Hal ini penting sekali agar pembangunan yang akan dilakukan pemerintah bisa betul-betul memberikan jaminan keamanan lebih baik pada masyarakat," ujar Doni.

Baca juga: Kemensos tuntaskan santunan bagi 120 ahli waris korban bencana di NTT
Baca juga: 18 dari 26 penduduk lereng gunung Ile Ape ditemukan meninggal


Untuk mempercepat proses relokasi warga, BNPB akan bekerja sama dengan dengan para tokoh di daerah serta budayawan untuk sosialisasi kepada warga.

Diharapkan proses relokasi berjalan lancar dan baik, sehingga dapat mempercepat pembangunan kembali atau build back better.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyebut korban terdampak Siklon Tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT) banyak tinggal di daerah aliran sungai (DAS).

"Tidak sedikit muncul korban merupakan daerah yang berada di samping kaki bukit, yang merupakan daerah aliran sungai," ujar Doni.

Baca juga: BNPB berikan bantuan senilai Rp50 juta bagi yang rumahnya rusak berat
Baca juga: Pasokan listrik enam kabupaten di NTT sudah pulih


Doni memaparkan, NTT merupakan daerah yang sepanjang tahun relatif mendapatkan curah hujan yang minim. Namun ketika ada Siklon Tropis Seroja, maka hujan lebat dapat terjadi.

Terjangan siklon tersebut akhirnya berdampak pada kerusakan masif, yang ditimbulkan akibat banjir bandang dan tanah longsor.

Pada kasus yang diamati di lima desa terdampak banjir debris diantaranya Desa Waematan, Amakaka, Tanjung Batu dan Waowala ketika curah hujan tinggi, hal tersebut kemungkinan menyebabkan penyumbatan aliran sungai. Akibatnya air menumpuk, dan membentuk bendungan secara alami.

"Ketika volume air besar semakin besar dan tidak sanggup lagi menahan bendungan air, maka menimbulkan banjir bandang," ujar Doni.

Dia menambahkan kejadian tersebut ditemukan pula di Pulau Alor, Lembata dan Adonara.

Baca juga: Wagub : Tiga kabupaten di NTT alami dampak bencana terbesar
Baca juga: DPD RI serahkan bantuan kepada korban bencana di NTT

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021