Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pakar ketahanan pangan dari Universitas Brawijaya (UB) Malang Dr Sujarwo mengingatkan bahwa sektor pertanian itu ibaratnya sebuah berlian, sehingga jangan sampai diabaikan dan tidak diperhatikan.

"Komoditas pangan dari sektor pertanian ini melimpah, ibaratnya seperti diamond. Hanya saja, masih kurang diperhatikan. Kondisi ini membuat kami was-was akan keberlangsungan sektor ini," kata Sujarwo pada Bincang dan Obrolan Santai (Bonsai) yang diselenggarakan Humas dan Kearsipan UB di Malang, Jawa Timur, Rabu.

Dalam bincang-bincang bertajuk "Pemulihan Ekonomi di Masa Akhir Pandemi dari Sisi Pertanian dan Penangannnya" itu, Sujarwo yang juga Wakil Dekan I Fakultas Pertanian UB mengatakan selama masa pandemi COVID-19, hampir semua sektor mengalami shok, karena ada pembatasan.

Namun, sektor pertanian tetap tak tersubstitusi atau relatif stabil. "Sejauh ini kebutuhan pangan belum mengalami kelangkaan. Meski harga di sektor pertanian kadang tidak sesuai yang diharapkan, petani tetap setia," ujarnya.

Namun demikian, lanjutnya, sektor pertanian jangan dibiarkan. Jika tidak diurus dan dikelola dengan baik, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan bolak balik impor komoditas yang seharusnya bisa dipenuhi di dalam negeri.

Ia mencontohkan mencuatnya isu impor beras hingga 1 juta ton, padahal saat ini di Tanah Air sedang panen raya. Dengan adanya informasi itu, pasar langsung mengetahui dan bereaksi.

Menurut Sujarwo, masa panen raya di Indonesia biasanya berlangsung mulai April-Mei dan pada September-Oktober mulai menurun, sehingga memakai stok beras yang ada, baik dari stok beras pemerintah (Bulog) maupun swasta (petani).

"Dari Kementan juga pernah menghubungi saya, dimana Kementan harus segera menyampaikan serapan gabah oleh Bulog," ujarnya.

Sujarwo mengemukakan sektor pertanian adalah karunia dari Tuhan. "Jika ngawur dalam pelaksanaannya, akan rusak. Apalagi, jumlah penduduk Indonesia cukup besar, yakni sekitar 270 juta. Apalagi, ada bonus demografi serta banyaknya alih fungsi lahan pertanian," katanya.

Oleh karena itu, kata Sujarwo, semua pihak harus terus melakukan edukasi kepada generasi muda akan potensi sektor pertanian untuk dikelola dengan baik serta responsif terhadap perubahan teknologi dan pasar.

"Harapannya ada linkage, baik konsumsi, produksi, investasi dan penerimaan pemerintah melalui sektor pertanian," ucapnya.

Menyinggung rencana pemerintah melakukan impor beras, meski Presiden RI Joko Widodo secara tegas menyatakan bahwa Indonesia tak akan melakukan impor beras hingga Juli mendatang, Sujarwo mengatakan tak perlu dilakukan, sebab Indonesia sebagai negara agraris sering surplus beras.

“Di Malang Raya dan Jawa Timur merupakan produsen beras, dua bulan ke depan juga waktunya panen raya. Wacana impor beras ini tentunya menyakiti hati rakyat,” ujarnya.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021