Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar (AMI) mendorong peningkatan wawasan para Tenaga Ahli (TA) Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR RI karena itu dirinya mengajak para tenaga ahli untuk sering menonton film-film bergenre politik.

"Mayoritas film politik menunjukkan kepada kita semua bahwa berpolitik itu tidak cukup hanya bermodal tekad dan semangat tetapi juga mensyaratkan kapabilitas dan disiplin diri dari para penggiatnya," kata Muhaimin Iskandar atau Gus Ami dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Hal itu dikatakannya saat membuka workshop Fraksi PKB bertajuk "Peningkatan Kinerja FPKB Melalui Tenaga Ahli Fraksi dan Tenaga Ahli Anggota", di Bandung, Jawa Barat.

Baca juga: Gus AMI yakin PKB tembus tiga besar Pemilu 2024

Baca juga: Muhaimin Iskandar: Sekjen PKB akhirnya jadi anggota DPR


Dia menilai banyak judul film bergenre politik yang memberikan gambaran bagaimana lika-liku politik di berbagai belahan dunia berjalan seperti serial drama "house of cards" yang menggambarkan betapa kerasnya dunia politik di Amerika Serikat.

Selain itu menurut dia, ada film berjudul "Darkest Hour" yang bercerita tentang kepemimpinan Wiston Churchil saat memimpin Inggris melawan aneksasi Jerman, "The Ides of March" tentang dinamika tim sukses seorang calon presiden, hingga "The Post" tentang dahsyatnya pengaruh media massa dalam mengubah arah kehidupan sebuah bangsa.

"Dari film-film politik itu kita bisa tahu bahwa menjadi orang baik saja belum cukup sebagai modal untuk merealisasikan sebuah idealisme tetapi juga dibutuhkan komitmen, tekad, kapabilitas dan pengorbanan dari para aktivis politik,” ujarnya.

Wakil Ketua DPR RI itu mengatakan, saat ini publik terus menunggu keberpihakan para aktivis politik untuk mendorong terciptanya kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Menurut dia, dari berbagai jajak pendapat menunjukkan tingkat kepercayaan publik ke lembaga demokrasi seperti DPR dari waktu ke waktu terus mengalami penurunan.

"Kondisi ini harus disikapi serius agar kepercayaan terhadap system demokrasi tidak terus tergerus. Pemilu, lembaga perwakilan, partai politik, kebebasan berpendapat merupakan perangkat-perangkat demokrasi," katanya.

Namun menurut dia, hal-hal tersebut hanya perangkat yang ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat sehingga jangan sampai "output" dari perangkat itu tidak berpihak kepada rakyat.

Dia menilai jangan sampai masyarakat disusupi dengan narasi ada sistem alternatif bernegara di luar demokrasi yang bisa menyejahterakan rakyat, itu berbahaya.

Baca juga: Wakil Ketua DPR: NU dan pesantren adalah sabuk pengaman bangsa

Baca juga: Cak Imin harap pesantren jadi solusi darurat pendidikan nasional


Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021