Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong penggunaan dan pengembangan inovasi pengelolaan sampah untuk menghasilkan energi seperti pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).

"Limbah dijadikan energi jadi pilot project yang diharapkan ke depannya bisa menjadi salah satu sumber energi primer untuk kebutuhan energi listrik kita," kata Menristek Bambang dalam kunjungan kerja ke PLTSa Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu.

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, telah membakar sebanyak 8.190 ton sampah dan menghasilkan energi listrik sebanyak 583,95 mWh atau sekitar 110 kWh per ton sampah dalam periode Februari-Oktober 2020.

PLTSa tersebut dapat mengolah sampah sebanyak 100 ton per hari dan menghasilkan energi listrik sebesar 731,1 kWh.

Baca juga: Nikola batal kembangkan truk sampah tenaga listrik

Baca juga: PLN operasikan pembangkit listrik tenaga sampah di Bangka


"Kita berharap ke depan listrik yang dihasilkan dari Bantargebang ini bisa dipakai untuk seluruh wilayah Bantargebang, sebagian kota Bekasi dan kemudian selalu ada upaya untuk pengembangan teknologinya sehingga kualitas dari pengelolaan sampah makin baik. Sampah yang diserap juga makin banyak, mudah-mudahan sampahnya berkurang dengan penyerapan sampah untuk listrik," ujarnya dalam kegiatan yang ditayangkan dalam jaringan itu.

PLTSa Merah Putih merupakan hasil kerja sama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak penandatanganan nota kesepahaman pada 2017.

"Ini pembangkit listrik dengan pengelolaan sampah sangat sesuai dengan konsep kita mengatasi atau memitigasi perubahan iklim di mana pengelolaan sampah menjadi energi listrik bisa dikategorikan sebagai ekonomi sirkular," tuturnya.

PLTSa dibangun dengan menggunakan sebagian besar peralatan produksi dalam negeri.

PLTSa terdiri dari empat peralatan utama yaitu bunker terbuat dari concrete yang dilengkapi dengan platform dan crane; ruang bakar dilengkapi boiler system reciprocating grate yang didesain dapat membakar sampah dengan suhu di atas 950 derajat Celcius sehingga meminimalisir munculnya gas buang yang mencemari lingkungan, sistem pengendali polusi, dan unit steam turbin pembangkit listrik.

Menristek Bambang menuturkan PLTSa Bantargebang itu bisa dijadikan model untuk pembuatannya di kota-kota lain yang jumlah produksi sampahnya tergolong besar.

Cara kerja PLTSa adalah membawa panas pada gas buang hasil pembakaran sampah yang kemudian digunakan untuk mengonversi air dalam boiler menjadi steam. Steam yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin yang selanjutnya akan menghasilkan energi listrik.

Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN dan BPPT berusaha agar ke depan dapat membuat lebih banyak PLTSa di berbagai daerah di Indonesia untuk mengurangi masalah sampah yang ada.*

Baca juga: Pembangunan PLTSa di Palembang tertunda

Baca juga: Mungkinkah bersihkan sungai Jakarta melalui pembangkit listrik?

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021