Paris (ANTARA) - Jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di ICU di Prancis mencapai 3.407 pada Senin (22/2), di atas 3.400 untuk pertama kalinya sejak 3 Desember, sementara rata-rata kenaikan kasus baru mencapai puncaknya dalam 17 hari.

Jumlah tersebut terungkap setelah kawasan Alpes-Maritimes di sekitar Kota Nice di Prancis Selatan mengumumkan penguncian parsial hingga dua pekan ke depan di daerah pesisir antara Menton dan Theoule guna memerangi lonjakan kasus COVID-19.

Tidak seperti beberapa negara tetangganya, Prancis menolak memberlakukan penguncian lanjutan untuk mengendalikan varian COVID-19 yang lebih menular. Pihaknya berharap pembatasan jam malam sejak 15 Desember mampu membendung pandemi.

Selama akhir pekan Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran menyebutkan bahwa tren kasus nasional memburuk dalam beberapa hari belakangan.

Otoritas kesehatan melaporkan 4.646 kasus baru COVID-19, turun dari 22.046 kasus pada Minggu (21/2), tetapi lebih tinggi dari 4.376 kasus pada Senin lalu.

Rata-rata pergerakan kasus selama sepekan masih di atas 20.000 untuk hari kedua secara beruntun, yakni 20.041 kasus, tertinggi sejak 20.466 kasus pada 5 Februari.

Secara kumulatif jumlah kasus COVID-19 di Prancis mencapai 3,61 juta, tertinggi keenam di dunia.

Jumlah pasien COVID-19 rawat inap naik 367 menjadi 25.831 pasien. Sementara, jumlah korban meninggal karena COVID-19 di Prancis juga mengalami peningkatan, yakni 333, sehingga totalnya menjadi 84.613 orang, kematian tertinggi ketujuh secara global.
Baca juga: Prancis merasa tak perlu lagi berlakukan penguncian nasional
Baca juga: Varian COVID Inggris kini menyumbang seperempat dari infeksi Prancis


Sumber: Reuters

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021