Sampit (ANTARA) - Direktorat Polairud Polda Polda Kalimantan Tengah mengoptimalkan kolam buatan yang mereka miliki untuk latihan menyelam karena kurang memungkinkan untuk latihan di sungai maupun laut.

"Latihan di laut Ujung Pandaran dan Gosong Sanggora cukup terbatas karena angin, gelombang dan cuaca. Di Sungai Mentaya cukup dalam tapi ada penunggunya (buaya). Sering muncul, mungkin populasinya juga masih banyak. Makanya kami mengoptimalkan kolam selam yang ada," kata Direktur Polairud Polda Kalimantan Tengah, Kombes Pitoyo Agung Yuwono di Sampit, Sabtu.

Masih banyaknya populasi buaya di Sungai Mentaya, menjadi perhatian banyak pihak. Keberadaan satwa ganas ini membuat aktivitas di sungai harus dilakukan sangat hati-hati karena rawan terjadi serangan buaya terhadap manusia.

Awal Januari lalu, seorang nenek di Desa Pelangsian menderita putus tangan dan patah kaki kiri setelah diterkam buaya. Hingga kini, buaya besar masih sering muncul di sejumlah lokasi.

Kondisi inilah yang kurang memungkinkan bagi Ditpolairud untuk melaksanakan latihan selam di sungai. Solusinya adalah membuat kolam selam yang lokasinya berada di belakang kantor Markas Komando Ditpolairud Polda Kalimantan Tengah di Dusun Belanti Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Sampit.

Direktorat Polairud Polda Kalimantan Tengah memiliki kolam selam yang diberi nama Kolam Selam Wira Satya 1996. Kolam selam tersebut diresmikan penggunaannya pada 7 Desember 2019 oleh Irjen Ilham Salahudin yang menjabat Kapolda Kalimantan Tengah saat itu.

Kolam selam tersebut memiliki panjang 25 meter. Kolam dibuat dengan kedalaman bertingkat, mulai 1,5 sampai 5 meter. Peralatan selam juga sudah tersedia sesuai kebutuhan.

Pitoyo Agung mengaku sangat senang karena kolam selam tersebut tidak hanya bermanfaat bagi jajaran Ditpolairud, tetapi juga pihak lainnya. Pihaknya memang membuka kesempatan bagi pihak mana saja yang ingin memanfaatkan kolam tersebut untuk berlatih selam.

Sudah banyak pihak yang turut memanfaatkan kolam selam itu untuk latihan, di antaranya TNI, Brimob, relawan, Mapala UPR dan lainnya. Pihaknya sangat terbuka dengan hal itu karena sadar pembangunan kolam selam dan pengadaan peralatan selam yang harganya mencapai puluhan juta itu menggunakan uang negara sehingga pihak lain juga berhak menggunakannya dengan prinsip sama-sama merawatnya dengan baik.

"Kami senang apa yang kami miliki bermanfaat untuk masyarakat. Kami ini pelayan masyarakat. Silakan saja siapa yang ingin latihan di kolam kami. Silakan datang," jelas Pitoyo Agung.

Langkah ini juga merupakan cara Ditpolairud Polda Kalimantan Tengah mengenalkan dan menanamkan cinta bahari atau kelautan kepada masyarakat. Harapannya, masyarakat juga mencintai laut atau perairan sehingga bersama-sama menjaga kelestariannya.

Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021