Jakarta (ANTARA) -
Wakil Menteri Pertahanan M Herindra menyebutkan pentingnya meningkatkan teknologi dan kemampuan membangun serta mengembangkan industri pertahanan nasional.
 
"Hal itu mengingat saat ini teknologi telah berkembang sangat cepat, bahkan telah mendisrupsi di banyak kehidupan baik di perdagangan, transportasi, kesehatan, pendidikan, industri manufaktur hingga industri militer serta siber," kata Wamenhan saat menjadi pembicara kunci dalam “Seminar Pertahanan dan Keamanan Nasional Tahun 2021: Disrupsi Teknologi Pada Industri Pertahanan dan Pengembangan Pertahanan Siber Indonesia", secara virtual, di Jakarta, Kamis.
 
Menurut dia, efektifitas pertahanan negara turut ditentukan juga oleh teknologi dan kemampuan industri pertahanan dalam memenuhi kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan qlat utama sistem senjata (Alutsista) dan non-autsista.
 
Dikatakannya, bahwa visi dari Pemerintahan Tahun 2020 sampai dengan 2024 adalah, terwujud-nya indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong.
 
"Dan untuk mewujudkannya, pemerintah menempuh melalui satu misi yang salah satunya dengan memberikan perlindungan kepada pada seluruh masyarakat Indonesia, agar memiliki rasa aman," kata mantan Danjen Kopassus ini dalam siaran pers-nya.
 
Sedangkan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, lanjut Herindra, Kemhan telah merumuskan arah dan kebijakan dalam pengembangan industri pertahanan cerdas, melalui sinergi berbagai lini terutama dalam hal riset serta pengembangan teknologi yang dapat diaplikasikan pada sektor industri.

Baca juga: Wamenhan Muhammad Herindra segera menghadap Prabowo

Baca juga: Anggota DPR yakin Herindra kerja profesional sebagai Wamenhan
 
Sementara dalam hal pengembangan teknologi pertahanan yang meliputi penguasaan teknologi kunci sebagai program prioritas, jelas Wamenhan, disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan perkembangan teknologi terbaru.
 
Dengan langkah strategis tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan industri nasional dalam pengembangan produk pertahanan.
 
"Diperlukan pengembangan produk Industri Pertahanan yang strategis dan memiliki teknologi tinggi yang melibatkan lebih dari satu industri pertahanan, sehingga dalam pengembangan jangka panjang akan membentuk Ekosistem Industri Pertahanan," tutur mantan Kasum TNI ini.
 
Dengan tumbuhnya industri pertahanan, tidak hanya membawa dampak langsung kepada pemenuhan kebutuhan alutsista dan pendukung alutsista saja, namun akan menjadi pijakan bagi pengembangan industri nasional lainnya yang secara akumulatif akan meningkatkan kemampuan perekonomian Bangsa Indonesia dalam aspek perindustrian.
 
Sementara itu terkait dengan pengembangan pertahanan siber, Wamenhan mengungkapkan bahwa Kemhan sebagai leading sektor pertahanan terus melakukan upaya pembangunan sistem pertahanan siber yang solid, guna menjawab tantangan disrupsi teknologi saat ini.
 
Mengingat, Indonesia sedang memasuki era revolusi industri 4.0 dalam tahap revolusi industri yang keempat ini, disrupsi teknologi digital semakin masif dan telah masuk ke banyak ranah kehidupan, termasuk sektor pertahanan.
 
"Revolusi industri 4.0 memperluas dimensi pertempuran, yang terdiri dari dimensi darat, laut, dan udara ke dimensi ruang angkasa dan ruang siber (Network Centric Warfare)," ucap Herindra menjelaskan.
 
Menyikapi hal tersebut, Kemhan terus menyesuaikan sistem pertahanan nasional yang dimiliki dengan era digitalisasi saat ini. Kemhan juga memfokuskan perhatian terhadap peningkatan kapabilitas Sumber Daya Menusia Siber, agar siap dalam menghadapi tantangan yang ada.
 
“Penyelenggaraan seminar ini sangat penting dalam rangka untuk menyatukan segenap pemikiran dari semua pihak guna mendukung kemandirian teknologi pertahanan dan keamanan. Untuk itu diharapkan melalui kegiatan seminar ini seluruh 'stakeholder' dapat memberikan masukan dan sumbangsih berarti bagi kemajuan teknologi dan kemandirian industri pertahanan nasional," tutur Wamenhan.
 
Seminar Pertahanan dan Keamanan Nasional Tahun 2021 diselenggarakan secara virtual oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Universitas Pertahanan (Unhan), yang diikuti 650 peserta berbagai pemangku kepentingan dan komunitas antara lain instansi pemerintah, industri dan akademisi.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021