kasus positifnya masih proses tapi pelacakan kontak eratnya sangat seadanya
Palembang (ANTARA) - Epidemiolog Universitas Sriwijaya Dr Iche Andriani Liberty menilai pemerintah kabupaten dan kota di Sumatera Selatan belum kompak menangani pengendalian kasus COVID-19 dilihat dari tingkat pelacakan kontak erat.

"Ada kabupaten/kota yang kasus positifnya masih proses tapi pelacakan kontak eratnya sangat seadanya misal hanya 10 orang, padahal satu kasus paling tidak ada 30 orang kontak erat," kata Dr Iche di Palembang, Senin.

Tingkat pelacakan kontak erat (tracing) memengaruhi tingkat pemeriksaan (testing) sehingga kasus baru akan terdeteksi, lambannya tracing di beberapa kabupaten/kota membuat kasus tidak terdeteksi berpotensi meningkat, selain itu temuan kasus baru harian di Sumsel cenderung berasal dari daerah-daerah tertentu.

Padahal dengan tingginya mobilitas masyarakat saat ini potensi penularan dinilai semakin meningkat, kata dia, terlihat dari tingkat temuan kasus positif (positivy rate) COVID-19 Sumsel yang masih berada di angka 27,89 persen per 14 Februari 2021.

Baca juga: Kemenkes cek vaksinasi COVID-19 di Palembang

Baca juga: Pemprov Sumsel kembali bagikan ribuan masker tekan kasus positif COVID


Menurut dia tingkat tracing dan testing paling konsisten dilakukan Kota Palembang sehingga mampu menemukan puluhan kasus positif baru setiap hari dan menjadi penyumbang hampir 50 persen kasus di Sumsel.

"Saya tidak membela Sumsel, tapi Dinkes Sumsel sudah sering menyurati kabupaten/kota supaya suspect dikejar sebanyak mungkin, testing ditingkatkan, tapi 17 kabupaten/kota terlihat tidak kompak," katanya menambahkan.

Meski ia tidak menampik kabupaten/kota menghadapi kendala anggaran dan SDM dalam penanganan COVID-19, namun ia berharap tetap ada konsistensi dalam pendeteksian kasus dengan meningkatkan kapasitas tes usap.

Data Dinkes Sumsel per 14 Februari 2021 mencatat kasus konfirmasi positif COVID-19 di Sumsel telah mencapai 15.150 kasus dengan angka kesembuhan berjumlah 12.882 orang (85,03 persen) dan 731 kasus kematian (4,83 persen).

"Tingkat kesembuhan Sumsel tinggi karena treatment sudah bagus, tinggal lagi tracing dan testingnya gencar atau tidak, semuanya harus kompak tidak bisa kerja sendiri-sendiri," jelas Dr Iche yang juga anggota Tim Ahli Satgas COVID-19 Sumsel.

Baca juga: Epidemiolog nilai sekolah perlu kerja sama dengan puskesmas

Baca juga: Sumsel terima 40.360 dosis vaksin COVID-19 Sinovac tahap II

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021