Permintaan mengenai ruang perkantoran masih cukup aktif berasal dari perusahaan berbasis teknologi dan perpindahan menuju gedung dengan kualitas lebih baik
Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mengungkapkan masih tingginya permintaan ruang perkantoran dari perusahaan teknologi meski pasar perkantoran menjadi salah satu sektor yang cukup terdampak pandemi COVID-19.

"Permintaan mengenai ruang perkantoran masih cukup aktif berasal dari perusahaan berbasis teknologi dan perpindahan menuju gedung dengan kualitas lebih baik," kata Head of Markets JLL Indonesia Angela Wibawa dalam paparan pasar properti Jakarta secara daring, Rabu.

JLL Indonesia mencatat tingkat hunian di kawasan CBD (Central Business District/kawasan bisnis) berada di angka 74 persen dengan penyerapan ruang perkantoran sepanjang 2020 sebesar 33 ribu meter persegi. Harga sewa perkantoran grade A masih mengalami penurunan sebesar 1,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara di kawasan non-CBD, total penyerapan ruang perkantoran sepanjang 2020 tercatat 22 ribu meter persegi. Kendati harga sewanya tercatat stabil, ada tren penawaran harga baru untuk mendorong daya saing.

Konsultan properti itu juga mencatat terdapat satu gedung perkantoran baru yang selesai dibangun di Jalan Tendean sebesar 27 ribu meter persegi sehingga menyebabkan tingkat hunian di kawasan tersebut turun ke angka 76 persen.

Ada pun penyewa yang mengisi kawasan non-CBD bukan dari perusahaan teknologi.

Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim menjelaskan sepanjang 2017-2019, permintaan ruang perkantoran tercatat cukup sehat didukung oleh perusahaan berbasis teknologi seperti e-commerce dan coworking space.

"Selain perusahaan teknologi, selama 2020 permintaan juga didominasi oleh perpindahan gedung menuju gedung yang lebih baik dan lebih baru," katanya.

Yunus memperkirakan permintaan di tahun 2021 akan mengalami sedikit peningkatan dengan pertimbangan perbaikan makro ekonomi serta penghematan yang dilakukan para tenant (penyewa) dan besarnya pasokan yang masuk.

"Dengan mempertimbangkan banyak faktor, termasuk makro ekonomi, kami perkirakan permintaan akan sedikit mengalami peningkatan di 202. Dipengaruhi penghematan yang dilakukan para tenant dan besarnya pasokan yang masuk di 2021 akan membuat hunian kembali tertekan dan diharapkan akan stabil di 2022 dan tahun setelahnya. Senada dengan tingkat hunian, harga sewa juga akan tetap sedikit tertekan untuk kemudian stabil di 2022 dan setelahnya," kata Yunus.

Baca juga: Konsultan: Pertumbuhan pasokan perkantoran di Jakarta melambat

Baca juga: Riset sebut ruang perkantoran didominasi perusahaan teknologi

Baca juga: Permintaan properti melambat

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021