Jakarta (ANTARA) - Pada Senin (25/1) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan kemungkinan penyebab dentuman di Bali, jumlah akumulatif kasus COVID-19 di Indonesia mendekati satu juta, dan pemerintah mengemukakan perkiraan peningkatan kasus stunting akibat pandemi COVID-19.

Selain itu ada warta mengenai perkiraan nilai kerugian akibat bencana banjir di Kalimantan Selatan yang bisa disimak kembali dalam rangkuman berita berikut.

Dentuman di Bali diduga akibat meteor jatuh

Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan bahwa dentuman di langit Bali kemungkinan berasal dari meteor besar yang jatuh.

"Bila dibandingkan dengan kejadian di Bone ada kemiripan, sehingga diduga ledakan di Buleleng juga disebabkan adanya meteor besar yang jatuh. Meteor itu menimbulkan gelombang kejut yang terdengar sebagai ledakan," kata astronom peneliti madya LAPAN Rhorom Priyatikanto.

Kasus COVID-19 di Indonesia mendekati satu juta

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melaporkan jumlah akumulatif kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 9.994 menjadi 999.256 kasus per 25 Januari 2021 pukul 12.00 WIB. Jumlah pasien yang sembuh dari COVID-19 juga mengalami penambahan 10.678 menjadi total 809.488 orang dan kasus kematian akibat penyakit itu bertambah 297 menjadi 28.132.​​​

Kerugian akibat banjir Kalimantan Selatan diperkirakan Rp1,349 triliun

Nilai kerugian akibat bencana banjir yang melanda di wilayah Kalimantan Selatan sekitar Rp1,349 triliun menurut perkiraan Tim Reaksi Cepat Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Estimasi dampak kerugian per 22 Januari 2021 dari sektor pendidikan, kesehatan dan sosial, pertanian, perikanan, infrastruktur, dan produktivitas ekonomi masyarakat sekitar Rp 1,349 triliun," kata anggota Tim Reaksi Cepat Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT Nugraheni Setyaningum.

Angka "stunting" diperkirakan naik karena pandemi COVID-19

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan bahwa angka kasus stunting--gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis-- diperkirakan meningkat karena pandemi COVID-19.

"Angka stunting kita masih relatif tinggi, yaitu 27,6 persen pada 2019 dan diperkirakan pada 2020 terjadi kenaikan akibat dari wabah COVID-19," kata Muhadjir di Kantor Presiden Jakarta, Senin.​​​​​​​

Menko PMK sebutkan alasan "stunting" jadi perhatian Presiden

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menjgatakan bahwa Presiden Joko Widodo memberikan perhatian khusus terhadap upaya penanganan kasus stunting.

"Kenapa angka stunting menjadi perhatian dari bapak Presiden? Karena kita tahu bahwa kalau orang atau anak atau bayi sudah terlanjur kena stunting pada usia 1.000 hari awal kehidupan, maka perkembangan kecerdasannya itu tidak akan bisa optimal sampai nanti dewasa menjadi usia produktif," katanya.

 

Pewarta: Katriana
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021