Perdana Menteri Inggris akan menggunakan pertemuan tatap muka G7 untuk pertama kalinya selama hampir dua tahun untuk mendorong para pemimpin membangun kembali dunia yang lebih baik pascavirus corona
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Inggris, yang akan memimpin pertemuan G7 pada 2021, akan mengajak negara anggota membahas beberapa isu prioritas, di antaranya kerja sama memulihkan perekonomian dunia setelah pandemi COVID-19, perubahan iklim dan pemberdayaan perempuan.

G7 merupakan kemitraan lintas pemerintah, beranggotakan tujuh negara dan satu organisasi kewilayahan, yang berpengaruh di dunia, di antaranya, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (EU). Untuk konferensi tingkat tinggi (KTT) G7 2021, Inggris terpilih sebagai ketua pertemuan serta tuan rumah.

"Perdana Menteri Inggris akan menggunakan pertemuan tatap muka G7 untuk pertama kalinya selama hampir dua tahun untuk mendorong para pemimpin membangun kembali dunia yang lebih baik pascavirus corona, bersatu untuk menciptakan masa depan yang lebih adil, lebih hijau, dan lebih makmur," kata Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Jerman tolak usul Trump untuk terima Rusia kembali ke G7
Baca juga: Trump undang Korsel di G7, ini plus minus kehadiran negeri ginseng


KTT G7 tahun ini akan digelar secara tatap muka di Teluk Carbis, Cornwall, Inggris pada 13 Juni. Pertemuan tingkat tinggi itu kemungkinan akan dihadiri oleh perwakilan dari negara anggota, serta beberapa peserta dari Australia, India, dan Korea Selatan sebagai tamu undangan.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dikutip dari siaran tertulis yang sama, mengatakan COVID-19 merupakan ujian terbesar yang dihadapi banyak negara saat ini sehingga dunia perlu menggunakan pendekatan yang baru demi membangun kehidupan yang lebih baik setelah pandemi.

"Kita membutuhkan pendekatan (yang baru, red) untuk membangun kembali dunia yang lebih baik dengan persatuan dan mengedepankan semangat keterbukaan demi menciptakan masa depan gemilang," kata PM Johnson.

Menurut PM Johnson, G7 berperan penting untuk membantu pemulihan setelah masa pandemi, mengingat besarnya pengaruh negara-negara anggota pada sektor ekonomi, kesehatan, keamanan, dan berbagai isu internasional lainnya.

"Sebagai kelompok negara demokratis yang maju, G7 telah lama menjadi fasilitator untuk menentukan aksi global demi mengatasi tantangan terbesar yang kita hadapi. Dari membatalkan utang negara berkembang hingga kecaman bersama terhadap aneksasi Krimea oleh Rusia. Dunia merujuk kepada (sikap, red) G7 untuk menerapkan nilai-nilai dan kekuatan diplomatik kita bersama demi menciptakan planet yang lebih terbuka dan makmur," terang PM Johnson.

Terkait pertemuan itu, Inggris juga menyoroti peran penting Indonesia sebagai salah satu mitra G7 dan negara terpadat keempat di dunia.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, dikutip dari siaran tertulis Kedutaan Besar Inggris Jakarta, mengatakan posisi Indonesia mempengaruhi berbagai keputusan penting yang disepakati oleh KTT G7, utamanya terkait isu perubahan iklim dan pemulihan setelah pandemi yang lebih berkelanjutan.

"Indonesia adalah mitra penting bagi semua anggota G7 dan berdialog dengan negara terpadat keempat di dunia seperti Indonesia akan memberi kontribusi penting dalam tindakan yang diambil terhadap isu-isu penting dalam agenda G7," kata Dubes Jenkins.

Sumber: Reuters

Baca juga: Inggris undang para pemimpin G7 ke Cornwall untuk KTT pada Juni
Baca juga: Diplomat: Trump tidak berencana menyelenggarakan KTT G7

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021