Kami di posko pengungsian, sementara ini menunggu bantuan karena sampai saat ini belum ada masuk
Mamuju, Sulbar (ANTARA) - Sebanyak 600 jiwa pengungsi gempa berkekuatan 6,2 magnitudo yang berada di sekitar taman makam pahlawan Desa Pattidi Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) butuh bantuan logistik.

"Pengungsi mulai kekurangan makanan hari ini, stok persediaan makanan seperti indomie sudah mulai menipis sehingga butuh bantuan dari semua pihak," kata Irwan salah seorang warga pengungsi di Mamuju, Sabtu.

Baca juga: BPBD Mamuju pusatkan titik pengungsian di dua lokasi

Ia mengatakan, bantuan logistik yang dibutuhkan adalah kebutuhan bayi dan obat obatan maupun air bersih selain makanan untuk bertahan hidup.

"Kami di posko pengungsian, sementara ini menunggu bantuan karena sampai saat ini belum ada masuk," katanya.

Selain warga pengungsi di taman makan pahlawan yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Kota Mamuju, warga pengungsi di Desa Bambu dan Tadui juga membutuhkan bantuan logistik.

Baca juga: Lantamal VI kembali kirim KAL angkut bantuan logistik ke Sulbar

"Masyarakat butuh tenda darurat karena saat ini musim hujan, selain itu obat obatan dan makanan bayi, kami sangat butuh bantuan karena makanan juga sudah sangat sulit didapatkan," katan Gunawan warga lainnya.

Ia mengatakan, masyarakat setempat masih panik dan melakukan pengungsian karena khawatir gempa susulan.

Baca juga: Pascagempa Sulbar Brimob Polda kerahkan pasukan bantu pemulihan

Gempa Mamuju yang berpusat pada kedalaman 10 kilometer terletak enam kilometer timur laut Majene 2.98 LS-118.94 BT terjadi 02.28 Wita Jumat (15/1) dini hari.

Gempa tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal di Kabupaten Majene dan 34  meninggal di Kabupaten Mamuju kondisi masyarakat korban luka berat dan menjalani rawat inap sebanyak 189 orang sementara luka ringan dan rawat jalan 637 orang.

Sementara masyarakat pengungsi mencapai 15.000 orang di sejumlah titik daerah Kabupaten Mamuju dan Majene.

Pewarta: M.Faisal Hanapi
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021