..untuk bertahan dan tumbuh di tengah pandemi COVID-19, pelaku usaha kreatif dituntut beradaptasi.
Bandung (ANTARA) - Pandemi COVID-19 membuat pelaku UMKM di Provinsi Jawa Barat (Jabar) harus menelan "pil pahit" karena tidak sedikit dari mereka yang terpaksa gulung tikar akibat sulit untuk bertahan.

Daniel M, pemilik sebuah kedai kopi di daerah Kopo, Kota Bandung, mengaku bisnisnya sangat terdampak saat Pemda memberlakukan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Hal tersebut, kata Daniel, antara lain karena bisnisnya mulai bangkit seiring dengan adanya relaksasi atau pelonggaran PSBB.

Salah satu cara agar bisnisnya bisa bertahan di tengah pandemi ialah dengan memanfaatkan penjualan secara daring.

Selain itu, adanya bantuan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat yang merangkul para pelaku industri kreatif dengan menggelar acara virtual.

"Waktu itu ada acara Senandung Rasa, September 2020. Acara virtual itu ditujukan bagi pelaku industri kreatif agar bisa tetap produktif walaupun sedang pandemi COVID-19," kata Daniel.

"Pil pahit" akibat pandemi COVID-19 juga dirasakan oleh pelaku UMKM bidang industri batik asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Muhamad Suja'i.

Warga Desa Ciwaringin Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon ini mengaku hampir lima bulan lebih tidak bisa berproduksi karena pandemi.

Muhamad Suja'i mengatakan seluruh perajin batik yang bekerja untuk galeri batik miliknya terpaksa harus dirumahkan.

Sebelum pandemi COVID-19 melanda Indonesia omzet dari di galeri batik tulis miliknya bisa mencapai Rp 30 juta per bulannya.

Dengan bantuan pemerintah daerah kepada para pelaku UMKM, baik berupa bantuan permodalan maupun jaminan pemasaran produk diharapkan bisa tetap bertahan di tengah pandemi.

"Semoga pandemi ini cepat selesai. Terlebih vaksin sudah ada ya. Tapi, saya selaku pelaku UMKM berharap ada kepedulian dari pemerintah kepada kami," katanya‎.
Baca juga: Wamenlu dorong kreativitas UMKM menuju pasar internasional

Kontribusi besar

Harapan jatuh kepada ekonomi kreatif untuk menjadi salah satu mesin pemulihan ekonomi Jabar, karena geliat sektor ini dinilai bakal berkontribusi besar terhadap perekonomian Jabar yang sempat terpuruk karena pandemi COVID-19, terlebih Jabar merupakan provinsi terdepan dalam pengembangan ekraf.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016, kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ekraf Jabar mencapai Rp191,3 triliun atau 20,73 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) ekraf nasional.

Kontribusi ekspor ekraf Jabar mencapai 6,38 juta dolar AS atau 31,93 persen dari total ekspor ekraf nasional. Jumlah usaha ekraf yang bergerak di Jabar mencapai 1,5 juta unit dengan menyerap tenaga kerja sekitar 3,8 juta orang.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jabar Setiawan Wangsaatmaja menyatakan, untuk bertahan dan tumbuh di tengah pandemi COVID-19, pelaku usaha kreatif dituntut beradaptasi. Adaptasi mesti dimulai dari kajian dan pendataan yang komprehensif.

Inovasi dalam strategi dan kebijakan akan menjadi efektif bila didasari oleh kajian dan pendataan ekonomi kreatif yang baik. Masa pandemi ini, kata Setiawan, memperlihatkan betapa lemahnya kita dalam hal data.

Setiawan pun berharap Komite Ekonomi Kreatif dan Inovasi (KREASI) Jabar, yang dibentuk di tengah pandemi COVID-19, dapat melahirkan inovasi sebagai solusi permasalahan ekraf di provinsi tersebut.

KREASI Jabar harus dapat menghadirkan solusi bagi permasalahan ekonomi yang timbul di masa pandemi ini lewat kolaborasi dengan Disparbud (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar) dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) lain yang terkait dengan ekraf.
Baca juga: Sandiaga dorong pelaku usaha kreatif gaet wisatawan gunakan Big Data

Pendataan

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Dedi Taufik mengatakan, sudah melakukan kajian dan pendataan ekraf dengan cukup komprehensif, salah satunya mencatat pelaku usaha kreatif yang terdampak pandemi COVID-19.

Pihaknya mencatat terdapat 14.991 pelaku ekonomi kreatif di Jawa Barat yang terkena dampak dari pandemi COVID-19.

Para pelaku ini menjadi sasaran dari Disparbud Jabar dalam menjalankan program-program ekonomi kreatif seperti Ekraf Film Festival, Gelar Produk Ekonomi Kreatif (GEKRAF), dan Virtual Talkshow.

Guna memperkuat data ekraf, Disparbud Jabar menyusun buku Infografis Ekonomi Kreatif Jawa Barat, Katalog Produk Ekonomi Kreatif Jawa Barat, dan mendukung pembuatan buku Peluang dan Rekomendasi Pengembangan Ekonomi Kreatif (PROSPEK) Jawa Barat oleh KREASI Jabar.

Setiap buku memiliki fokus konten yang berbeda-beda. Buku Infografis Ekonomi Kreatif berfokus pada potensi subsektor unggulan ekonomi kreatif setiap kota dan kabupaten di Jabar, terutama dari aspek jumlah pelaku usaha dan kontribusi ekonomi.

Sedangkan, Buku Katalog Produk Ekonomi Kreatif berfokus pada karya atau usaha kreatif unggulan setiap kota dan kabupaten di Jabar. Sementara itu, Buku PROSPEK berfokus pada rekomendasi pengembangan ekraf Jabar ke depannya dan jaringan orang kreatif di Jabar dalam bentuk Dinding Bakat (Talent Wall).

Selain kajian dan pendataan, sepanjang 2020, Disparbud Jabar telah berkolaborasi dalam berbagai program dengan KREASI Jabar, di antaranya program pengembangan kapasitas (GEKRAF, Virtual Talkshow), pengembangan jaringan ekosistem ekonomi kreatif Jawa Barat (KREATIFORUM), peningkatan akses pembiayaan (UDUNAN) dan persiapan aktivasi Creative Center.

KREASI Jabar sendiri memiliki beberapa program mandiri terutama terkait pengembangan kapasitas seperti Waktu Kunjung Pakar (Wakunjar) dan Kelas Kreasi.

Publikasi ketiga buku hasil kajian ekraf diharapkan dapat menjadi masukan dan penguatan untuk semua program yang sudah berjalan dengan baik di tahun 2020 dan melahirkan program-program baru yang inovatif dan tepat sasaran di tahun 2021.

Dengan demikian, maka tujuan dari beragam gebrakan di sektor ekraf bertujuan agar dapat memberikan dampak yang lebih luas dalam pemulihan ekonomi di Republik Indonesia, khususnya di Provinsi Jabar.

Baca juga: Kemenparekraf gandeng 16 mitra co-branding promosi pariwisata
Baca juga: 14.991 pelaku ekonomi kreatif di Jawa Barat terdampak pandemi COVID

Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021