Kami berkomitmen untuk mencapai target utama dari Perjanjian Paris
Jakarta (ANTARA) - Nestle telah meluncurkan peta jalan untuk mencapai netralitas karbon pada 2050 sebagai bentuk kontribusi dalam usaha mengatasi dampak perubahan iklim, dengan salah satu fokus utamanya adalah mendorong pertanian regeneratif.

"Kami berkomitmen untuk mencapai target utama dari Perjanjian Paris, yaitu (ambang batas kenaikan suhu) 1,5 derajat Celsius pada September 2019, ada jangka waktu yang diasosiasikan dengan komitmen tersebut," kata CEO Nestle Mark Schneider dalam konferensi pers virtual yang dipantau dari Jakarta pada Kamis malam.

Nestle, ujar Mark, dari konferensi pers yang disiarkan dari Kota Vevey di Swiss, telah melakukan langkah agar bisa memangkas emisinya hingga setengah pada 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2050.

Dalam peta jalan itu, perusahaan multinasional itu berfokus kepada tiga area utama, yaitu pertanian regeneratif, operasi, dan portofolio produk untuk mencapai netralitas karbon.

Nestle sudah bekerja sama dengan 500.000 petani dan 150.000 suplier untuk mendukung implementasi praktik pertanian regeneratif, seperti meningkatkan kesuburan tanah dan menjaga serta mengembalikan keanekaragaman ekosistem.

Mereka berencana akan mendapatkan 14 juta ton bahan bakunya dari pertanian regeneratif pada 2030, mendorong permintaan akan produk-produk tersebut.

Selain itu, mereka juga meningkatkan program penghijauan dengan menanam 20 juta pohon setiap hari dalam 10 tahun ke depan di area yang menjadi pusat bahan bakunya. Jaringan penyalur utama dari komoditas kunci seperti sawit dan kedelai akan bebas dari deforestasi ditargetkan pada 2022.

Area kedua adalah dalam operasinya, Nestle berencana menyelesaikan transisi 800 situs perusahaan di 187 negara untuk menggunakan energi berkelanjutan. Mereka berencana mengganti transportasi operasi ke kendaraan yang menyumbang sedikit karbon serta mengurangi perjalanan bisnis pada 2022.

Dalam area portofolio produk, Nestle berencana mengekspansi produk makanan dan minuman berbasis tanaman serta memformulasi produknya untuk membuat lebih ramah lingkungan. Mereka juga akan menambah brand dengan standar karbon netral.

Hal itu dilakukan dengan menggunakan pengukuran progres menggunakan baseline 92 juta ton ekuivalen karbon yang dihasilkan oleh perusahaan itu pada 2018.
Baca juga: Menperin apresiasi rencana Nestle ekspansi 100 juta dolar saat pandemi


Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Operasi Nestle Magdi Batato mengatakan langkah mencapai netralitas karbon sudah dimulai dalam beberapa tahun terakhir yang menghasilkan perkembangan baik dalam mengurangi jejak emisi gas rumah kaca (GRK) dalam rangkaian produksi.

Dia memberi contoh sejak 2014, reduksi emisi GRK di seluruh jaringan mereka sama dengan menarik sekitar 1,2 juta mobil dari jalan. Saat ini, ujar Magdi, sekitar 40 persen dari pabrik produk Nestle sudah menggunakan 100 persen listrik dari sumber berkelanjutan.

Selain itu, 66 persen dari kemasan produk mereka sudah bisa didaur ulang atau digunakan kembali.

Untuk mencapai ambisi netralitas karbon mereka, Nestle merencanakan tiga fase yaitu sejak sekarang sampai 2025 mereka akan mengakselerasi langkah yang sudah mereka ambil sejauh ini untuk mencapai 20 persen reduksi dari baseline pada 2018.

Fase kedua sejak 2025 akan dilakukan transformasi operasi mereka dengan berinvestasi di teknologi dan membuat perubahan besar pada portofolio dan bisnis. Hal itu ditargetkan selesai pada 2030 dan mereduksi 50 persen dari baseline.

"Terakhir di antara 2030 dan 2050, kami akan terus berusaha untuk mengurangi emisi dengan solusi berkualitas tinggi dan berbasiskan alam. Solusi itu akan memberi keuntungan kepada komunitas dan ekosistem pada umumnya, dan akhirnya bisa menghilangkan sisa emisi. Ini bagaimana kami bisa menepati janji untuk netralitas karbon," ujar Magdi pula.
Baca juga: Nestle beri bantuan makanan bernutrisi untuk pemungut sampah

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020