Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menghadirkan Kedaireka sebagai tempat mengembangkan rekayasa cipta hasil karya dan gagasan anak bangsa seraya mempertemukan dunia industri dengan perguruan tinggi (triple helix).

"Kedai ini merupakan simbol demokrasi, semua lapisan bisa masuk ke kedai, berbincang bersama tentang masalah dan solusinya. Perguruan tinggi itu banyak reka cipta dan penelitiannya, tapi biasanya terhenti dipublikasi saja, seharusnya lebih dari itu," ujar Direktur Jenderal Dikti Kemendikbud Prof Nizam, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Kemajuan teknologi Indonesia saat ini, katanya, masih bergantung pada hasil impor, seperti alat-alat pertanian, kesehatan, dan komunikasi. Kondisi itu tidak dapat berlangsung secara terus menerus sebab penting bagi Indonesia untuk membangun kedaulatan negeri dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan, serta reka cipta.

Nizam menambahkan selama ini pihak industri tidak memiliki tempat untuk berdiskusi mengenai permasalahan yang dihadapinya, sehingga industri lebih memilih untuk berkonsultasi dan menggunakan teknologi dari luar negeri. Untuk mengakselerasi hal itu, pemerintah telah menyiapkan berbagai bentuk insentif untuk mendukung kerja sama dunia industri dengan perguruan tinggi.

"Pemerintah juga akan mendampingi pendanaan, jadi setiap rupiah yang dikeluarkan oleh industri, pemerintah akan mendampingi dengan rupiah yang sama, terutama jika berdampak pada masyarakat luas, pemerintah akan mendampingi tiga kali lipat," kata dia.

Menurut Nizam, hal itu tidak hanya bertujuan untuk menghilirkan inovasi atau reka cipta perguruan tinggi ke industri, melainkan juga untuk memberikan dampak kepada masyarakat luas dan melibatkan mahasiswa agar menjadi lebih kompeten dalam dunia kerjanya nanti. Lebih jauh Nizam berharap Kedaireka dapat melahirkan usaha rintisan baru dengan target pasar yang lebih potensial untuk dibidik.

Inovator Reka Cipta sekaligus Ketua Pusat Unggulan IPTEK Perguruan Tinggi untuk Advance Intelligent Communications Telkom University Khoirul Anwar mengatakan reka cipta didukung oleh pemerintah, yang dalam hal ini ialah Ditjen Dikti dan industri mendapatkan link dari pemerintah dan dibantu oleh media. Saat ini Indonesia kehilangan link dimana industri berjalan sendiri, begitu juga dengan ilmuwan dan akademisi, sehingga ada link yang terputus.

"Kedaireka menjadi jembatan antara industri dan ilmuwan atau akademisi yang ada di perguruan tinggi, sehingga inovasi-inovasi yang diciptakan di perguruan tinggi bisa masuk ke dunia industri yang menjadikan ilmuwan, akademisi, industri, dan pemerintah bahagia. Dengan adanya Kedaireka, link yang tadinya tidak ada, kini menjadi ada," kata Khoirul.

Senada dengan Nizam, Anwar menjelaskan bahwa Kedaireka bergerak karena ada suatu permasalahan sehingga kehadirannya merupakan upaya untuk memecahkan masalah tersebut. Menurutnya, masalah yang muncul merupakan masalah-masalah teknis yang datang dari dunia industri, sementara itu ilmuwan atau akademisi berusaha untuk memecahkan masalah, sehingga hal ini menunjukkan terdapatnya keselarasan antara dunia pendidikan dengan dunia industri.

"Terdapat empat poin yang ada di reka cipta, yaitu masalah, simpel, signifikan dan tidak terpikirkan. Semakin simpel suatu inovasi dan memiliki dampak yang signifikan, hal tersebut merupakan inovasi atau reka cipta yang luar biasa," kata Anwar. 

Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020